Timika (ANTARA) - Jumat sore menjadi momen menyenangkan bagi Rizky, pebiliar Jambi yang mendulang emas keduanya dalam  Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua klaster Mimika.

Selepas memastikan gelar juara pada nomor bola delapan tunggal putra, Rizky segera menuju ruang uji doping yang terletak di lobi depan GOR Biliar SP5 Mimika. 

Sekitar 30 menit kemudian dia keluar gedung  didampingi Ketua KONI Jambi, ofisial, dan ayahnya untuk mencari udara segar di luar arena.

Rizky adalah satu dari dua pebiliar Jambi dalam PON Papua. Dia digadang-gadang sebagai ujung tombak pendulang emas sebanyak mungkin dalam olahraga bola sodok ini.

Hanya selisih tiga hari sebelumnya, Selasa, Rizky yang berpasangan dengan Gontar Alamsyah, memboyong medali emas biliar pertama bagi Jambi daari nomor bola delapan ganda putra.

Suksesnya berlanjut pada nomor bola delapan tunggal putra setelah menang telak 7-0 atas pebiliar Bali Irwan Limardi. Di sini, dia membukukan emas kelima untuk kontingen provinsi berjuluk "Tanah Pilih Pesako Betuah" itu.

"Mungkin tadi karena beruntung juga ya menangnya karena saya banyak (pukulan) yang missed juga," kata dia singkat soal penampilannya dalam laga itu.

Baca juga: Pebiliar Rizky sumbang emas PON Papua kedua bagi Jambi

Masih di luar GOR Biliar Mimika, atlet yang akrab disapa Kiki itu hanya berdiri santai sembari mengobrol dan berfoto bersama ofisial atau pendukungnya yang sudah menunggu di luar gedung.

Pebiliar berusia 23 tahun ini tak mengisap rokok sebagaimana dilakukan kebanyakan pebiliar yang ditemui ANTARA selepas bertanding.

Melepas kancing rompi dan membuka kerah kemeja hitamnya menjadi hal pertama yang dia lakukan. Kemudian dia menuju gerai jajanan di samping GOR dan membeli satu gelas es cendol untuk melepas penat usai bertanding.

Rizky memang tak mengenal rokok, sebagaimana selalu diarahkan ayahanda sekaligus pelatih biliarnya, Subagi.

Ditemui dalam kesempatan sama, Subagi menegaskan bahwa dia selalu melarang anak bungsunya itu menyentuh rokok atau barang sejenis itu.

Subagi adalah ayah yang protektif. Saat Rizky masih balita, dia melihat lingkungan tempat tinggalnya kurang mendukung perkembangan anak-anak. Ia pun berinisiatif membelikan meja biliar kecil sebagai sarana bermain Rizky saat kelas tiga SD.

Subagi kemudian melihat anaknya berpotensi menjadi besar lewat biliar. Dia pun konsisten melatih Rizky agar menjadi pebiliar andal, sampai remaja.

Tak hanya mengajari teknik dan teori di lapangan, Subagi juga menyempatkan waktu menemui seorang pebiliar profesional asal Filipina untuk menanyakan permainan buah hatinya itu.

"Waktu itu saya antar Kiki untuk lomba di Medan, lalu ada juga atlet Filipina yang ikut. Saya tanyakan kepada dia, bagaimana permainan Kiki. Dari situ dapat banyak arahan dan koreksi, lalu tekniknya saya kembangkan untuk Kiki," kata Subagi.

Baca juga: Kesabaran jadi kunci Silviana rebut emas di final biliar
 
Ayah sekaligus pelatih biliar Jambi, Subagi saat ditemui Antara di GOR Biliar SP5 Mimika, Jumat. (Antaranews/Roy Rosa Bachtiar)


Rahasiakan diri dari neneknya ....


Rahasiakan prestasi biliar

Atlet yang namanya hanya satu kata ini, mengakui biliar masih dipandang sebelah mata dan berbau negatif. Menurut Rizky, biliar dipandang dekat dengan judi atau dunia malam.

Bahkan Rizky pernah berada pada masa di mana dia harus menyembunyikan aktivitasnya sebagai pebiliar, dari neneknya.

Tindakan itu bukan tanpa alasan, kata dia. Neneknya termasuk golongan mayoritas orang yang masih menganggap biliar lekat dengan kemudaratan.

Rizky berada dalam keluarga yang penuh kasih sayang dan saling melindungi satu sama lain. Oleh karena itu, wajar seandainya ada anggota keluarga yang tak ingin bagian keluarganya neko-neko.

Meski begitu, ayah sekaligus pelatihnya ikut merahasiakan kegiatan anaknya karena tahu Rizky berpotensi besar dalam  cabang olahraga ini, namun di sisi lain tak ingin membuat gempar keluarga besar.

Masuk SMP, Rizky memberanikan diri mengikuti lomba biliar lokal. Dia makin intens berlomba, namun masih di tingkat Provinsi Jambi.

Subagi baru membolehkan Rizky berlaga di luar Jambi saat menginjak SMA. Medan menjadi kota yang berkesan karena untuk pertama kalinya dia menjadi  juara dan ini menjadi  modal bagi kepercayaan dirinya untuk beradu kemampuan di luar Sumatera.

Baca juga: KONI Pusat sarankan Papua dorong biliar jadi olahraga andalan provinsi

Waktu pun berlalu. Rizky sudah menjajal kebolehannya dalam turnamen besar hingga Pulau Jawa. Namun kerahasiaan hobi biliarnya masih dijaga agar tak terdengar neneknya.

Hingga suatu ketika, nama Rizky yang sudah berprestasi besar mulai tercium oleh media cetak lokal, hingga menampilkan profilnya dalam salah satu halaman yang diterbitkan.

Berharap bisa melunakkan hati orang tuanya, Subagi memberanikan diri membawa koran yang dimaksud dan menunjukkannya kepada orang serumah.

"Awalnya kaget dan tidak percaya, bahkan sempat terperangah karena merasa disembunyikan. Tapi setelah kami jelaskan, Rizky juga ikut bercerita, lambat laun nenek bisa menerima dan ikut mendoakan ke mana pun Rizky bertanding," kata Subagi.

Merasa keluarga besarnya sudah merestui karirnya, Rizky kini lebih pede melakoni pertandingan tanpa terbebani memikirkan beribu alasan untuk menutupi prestasinya.

"Dulu kan biliar identik dengan judi ya, tapi sekarang sudah jadi olahraga kompetisi. Awalnya main biliar juga banyak yang memandang sinis, tapi akhirnya mendukung setelah lihat prestasi saya," ucap Rizky menimpali.

Berbekal kepercayaan diri yang sama, Rizky masih menyimpan semangat untuk berlaga pada dua nomor tersisa biliar PON Papua. Rizky menjadi bukti bahwa prestasi atlet tidak hanya soal penguasaan teknik, namun juga kenyamanan batin agar bisa bermain tanpa beban.

Perpaduan itu pula yang akhirnya membawa Rizky menjadi satu-satunya pebiliar yang mengantongi dua medali emas pada PON Papua sejauh ini.

Baca juga: Amanda terharu akhiri paceklik emas biliar dari tiga edisi PON
 

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021