New York (ANTARA) - Harga minyak melambung ke level tertinggi dalam beberapa tahun pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa pagi WIB), didorong oleh pulihnya permintaan global yang telah berkontribusi pada kekurangan listrik dan gas di negara-negara ekonomi utama seperti China.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember terangkat 1,26 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi menetap di 83,65 dolar AS per barel. Brent mencapai puncak sesinya di 84,60 dolar AS, merupakan posisi tertinggi sejak Oktober 2018.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November meningkat 1,17 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup di 80,52 dolar AS per barel, setelah menyentuh level tertinggi sejak akhir 2014 di 82,18 dolar AS.

Laju pemulihan ekonomi dari pandemi telah meningkatkan permintaan energi pada saat produksi minyak melambat karena pengurangan dari negara-negara produsen selama pandemi, fokus pada dividen oleh perusahaan minyak dan tekanan pada pemerintah untuk beralih ke energi yang lebih bersih.

Seorang pejabat pemerintah AS pada Senin (11/10/2021) mengatakan Gedung Putih mendukung seruannya kepada negara-negara penghasil minyak untuk "berbuat lebih banyak" dan mereka memantau dengan cermat biaya minyak dan bensin.

"Kekurangan di pasar energi masih menjadi penarik," kata Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan pada Senin (11/10/2021).

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, telah menahan diri untuk tidak meningkatkan pasokan bahkan ketika harga telah naik.

Pada Juli, kelompok tersebut setuju untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari guna memulihkan 5,8 juta barel per hari dalam pembatasan pasokan yang tersisa dari kesepakatan 2020 untuk memangkas produksi setelah wabah virus corona.

Harga listrik telah melonjak ke rekor tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, didorong oleh kekurangan energi yang meluas di Asia, Eropa dan Amerika Serikat. Melonjaknya harga gas alam mendorong pembangkit listrik beralih ke minyak.

"Semuanya sangat terfokus pada kurangnya pasokan yang kembali pada saat permintaan tampak meningkat kembali," kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.

“Ada dimensi tambahan yang berkaitan dengan potensi peralihan bahan bakar mengingat harga gas alam global sangat tinggi, jadi kombinasi faktor-faktor di sini terus mendorong (minyak lebih tinggi).”

Analis memperkirakan bahwa beralih dari gas alam ke minyak dapat meningkatkan permintaan minyak mentah dari 250.000 menjadi 750.000 barel per hari.

Di India, beberapa negara bagian mengalami pemadaman listrik karena kekurangan batu bara. Pemerintah China memerintahkan para penambang untuk meningkatkan produksi batu bara karena harga listrik melonjak.

“Secara umum, kami memiliki permintaan energi yang sangat kuat di seluruh Asia, Eropa menjelang siklus penggunaan berat yang akan datang. Harga minyak kemungkinan akan terus naik dalam waktu dekat,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.

Baca juga: Emas tergelincir lagi karena reli dolar lampaui kekhawatiran stagflasi
Baca juga: Rupiah ditutup menguat seiring makin terkendalinya pandemi COVID-19
Baca juga: IHSG awal pekan terkoreksi dipicu aksi ambil untung

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021