Jayapura (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Persatuan Olahraga Layar Indonesia (Porlasi) Dodik Pujiargo mengatakan pengembangan olahraga layar di Indonesia terganjal oleh sulitnya mencari induk semang yang mau mendanai olahraga ini.

"Masalah krusial di Porlasi itu adalah  pendanaan. Karena induk semang olahraga itu dari BUMN, ini kita berupaya ke beberapa departemen kita coba," kata Dodik di Pantai Hamadi, Kota Jayapura, Selasa.

Dodik mengatakan sulitnya mencari penyuntik dana karena layar bukanlah olahraga populer. Dari sisi venue, layar tidak memiliki arena pasti dibanding olahraga-olahraga lain seperti sepatu roda, sepak bola, dan basket.

Selain itu, lomba layar tidak bisa disaksikan secara langsung oleh masyarakat dari tepi pantai. Mereka yang ingin menyaksikan, harus turun ke tengah laut dengan menggunakan perahu atau kapal.


Baca juga: Medali emas tiga nomor layar putri hampir dipastikan pemiliknya

"Pertama tidak punya venue yang bisa dilihat, jauh di laut. Memang tidak populer tapi apa pun itu kita harus lebih banyak mengekspos," kata dia.

Di sisi lain, yang menjadi hambatan tidak populernya layar adalah alat-alat yang digunakan. Berbeda dengan selam yang hanya membawa tabung oksigen atau fin, layar membutuhkan alat-alat khusus yang berharga mahal.

Berbagai problema itu menjadi faktor sulitnya layar dapat populer di tengah-tengah masyarakat. Namun dia tak ingin menyerah begitu saja demi memasyarakatkan olahraga tersebut.

Dia ingin membentuk paradigma dalam masyarakat bahwa layar merupakan olahraga rekreasi, seperti halnya selam dan selancar. Salah satu formula untuk memopulerkannya dengan menjadikan layar sebagai medium pariwisata.

Baca juga: Persatuan layar Indonesia rancang strategi jaring atlet baru

Pengurus Porlasi daerah dapat menyediakan layar bagi  wisatawan atau warga di sekitar pantai dengan skema penyewaan. Jadi, masyarakat atau wisatawan yang ingin menjajal layar bisa menyewanya, tentu dengan pendampingan para ahli.

"Bahwa layar ini olahraga rekreasi seperti halnya selam. Simulasikan layar ini milik bersama walaupun prosesnya menyewa," kata dia.

Dengan semakin populernya layar, maka tidak akan sulit bagi pengurus daerah untuk mencari bibit-bibit baru yang dapat dibentuk menjadi atlet layar Indonesia.

"Tapi apa pun caranya, bahwa untuk mencari bibit atlet itu harus cinta laut, suka berenang di laut. Kita bisa tarik jadi atlet. Dan harus ditekankan bahwa olahraga layar itu olahraga rekreasi, sudah rekreasi dia bisa berkreasi," kata dia.

Baca juga: Porlasi: Hasil PON Papua bukan patokan atlet dapat dibawa ke Pelatnas

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021