Makassar (ANTARA) - Ketua Umum Jaringan Sekolah Digital Indonesia (JSDI) Muhammad Ramli Rahim mengatakan sistem zonasi yang diterapkan selama ini belum menghapuskan kasta sekolah di lapangan.

Hal itu dikemukakan Muhammad Ramli dalam keterangan persnya di Makassar, Selasa, menyusul pengumuman 10 sekolah terbaik hasil UTBK di Sulsel yang sekaligus menunjukkan kasta sekolah masih ada.

Dia mengatakan mayoritas 10 sekolah itu adalah sekolah khusus bukan sekolah dampak zonasi.

Sebagai gambaran, kata dia, ada kekhususan Boarding School, ada kekhususan keagamaan dan ada pula karena menjadi top dalam sebuah kompleks sekolah.

Baca juga: Sekolah tatap muka bergantung peta zonasi risiko

Baca juga: Legislator PAN minta perubahan zonasi memihak tempat ibadah-sekolah


"Jadi sistem zonasi yang diterapkan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir kelihatannya masih gagal mewujudkan cita-cita semua sekolah sama baiknya, tanpa ada istilah sekolah favorit dan non-favorit," katanya.

Kondisi tersebut, menurut dia, secara tidak langsung bukannya menaikkan taraf sekolah tertinggal, tetapi malah membangga-banggakan sekolah terbaik.

Dampaknya hal tersebut, masyarakat masih berlomba-lomba mencari sekolah favorit dan mengamuk jika tidak tertampung di sekolah tertentu.

Belum lagi kondisi di lapangan, saat pendaftaran siswa baru dengan sistem zonasi, masih ditemukan calon siswa yang lokasinya jauh dari sekolah, justeru terbaca dekat dari sekolah dari titik google map. Begitu pula sebaliknya.

"Kondisi ini harus menjadi perhatian bersama, utamanya pengambil kebijakan di negeri ini, sehingga cita-cita mulia untuk mencapai semboyan bahwa semua sekolah itu sama baiknya," katanya.

Begitu pula dengan pendistribusian guru yang berkompetensi, diharapkan tidak menumpuk di sekolah tertentu yang dilabelkan sebagai sekolah favorit dan elit, tetapi juga terdistribusi ke sekolah-sekolah yang masih minim fasilitas dan jauh dari kota.*

Baca juga: KPAI dorong pemerataan sapras sekolah dalam zonasi PPDB

Baca juga: Plt. Dirjen: Ada penambahan sekolah akibat PPDB zonasi

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021