Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Google untuk Asia Tenggara, Stephanie Davis mengatakan ada tiga poin esensial bagi perusahaan teknologi untuk membangun strategi bisnis, terutama jika berekspansi ke lintas wilayah.

“Pertama, saya rasa sangat penting untuk selalu berlabuh pada misi Anda. Kedua, lihat tren umum yang memungkinkan Anda untuk meningkatkan bisnis teknologi. Dan ketiga, pastikan bahwa lokalisasi adalah langkah selanjutnya,” kata Stephanie dalam sesi acara Tech in Asia Conference 2021 yang diselenggarakan secara daring pada Selasa.

Menurutnya, misi merupakan poin terpenting yang harus menjadi landasan ketika memikirkan rencana untuk meningkatkan suatu produk.

“Dimulai dengan misi. Apa tujuan Anda dan apakah Anda adalah perusahaan mapan atau startup. Apa yang Anda coba capai, apa yang Anda yakini. Mulailah dengan misi Anda dan biarkan itu menjadi kekuatan penuntun Anda,” ujarnya.

Kedua, ia menekankan bahwa sangat penting untuk melihat tren umum atau suatu kesamaan yang terjadi di seluruh wilayah. Hal ini, kata Stephanie memungkinkan perusahaan teknologi berkembang.

“Ada banyak keragaman dan perbedaan di seluruh Asia Tenggara, itu sangat benar. Tetapi apa persamaannya,” tuturnya.

Stephanie memberi contoh, meski kawasan Asia Tenggara menyimpan permasalahan ekonomi yang berbeda, namun mereka memiliki kesamaan pada saat pandemi, yakni menyadari bahwa teknologi memainkan peran penting dalam pemulihan ekonomi pasca-pandemi.

Selain itu, pemerintah setempat juga menyadari bahwa teknologi dan digitalisasi perusahaan akan menjadi sangat penting untuk pertumbuhan jangka panjang dan kelangsungan hidup kawasan.

“Jika kita mulai dengan kesamaan itu, saya pikir itu sekali lagi memberi kita kemampuan untuk merencanakan strategi apa yang mungkin untuk diskalakan,” ujarnya.

Ketika telah menemukan kesamaan atau tren umum, Stephanie mengatakan perusahaan teknologi harus membawa produknya ke dalam konteks lokal yang lebih spesifik.

Stephanie memberi contoh, Google telah menganalisa waktu tonton tertinggi yang dihabiskan orang-orang di platform YouTube dari 10 wilayah. Di Asia Tenggara, ada tiga negara yang menempati posisi tertinggi, yakni Indonesia, Vietnam, dan Thailand. Hal tersebut, kata Stephanie, memberi peluang kepada platform untuk berkembang.

Tak berhenti sampai di situ, ia mengatakan Google akan menggali sedikit lebih dalam serta menengok hal-hal yang unik dan lebih lokal.

Stephanie menyebutkan beberapa tahun lalu perusahaan melihat bahwa orang-orang di Asia Tenggara menghabiskan lebih banyak waktu dengan video yang lebih pendek sehingga hal tersebut mendorong perusahaan untuk meluncurkan YouTube Shorts baru-baru ini serta meninjau bagaimana dampaknya secara lokal.

“Di Indonesia ada sebuah grup bernama Putih Abu-Abu, mereka sudah mempunyai jutaan subscribers. Sewaktu fitur Shorts diluncurkan, mereka memanfaatkannya. Setelah 28 hari, mereka sudah mencapai 128 juta viewers dan 200.000 subscribers baru. Itulah kekuatan lokalisasi,” pungkasnya.


Baca juga: Tips merintis startup hingga sukses jadi "unicorn"

Baca juga: Tips sukses jadi "software engineer" di perusahaan teknologi

Baca juga: Tips menggaet investor untuk pendiri startup pemula

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021