Merak (ANTARA News) - Pendataan yang dilaksanakan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) telah mengakibatkan terjadinya antrean ribuan truk di Pelabuhan Merak.

"Pelaksanaannya terlalu lama sehingga kami harus antre berjam-jam," kata Satria salah seorang supir truk saat ditemui ANTARA, Kamis.

Menurutnya, petugas yang diterjunkan untuk melakukan pendataan masih terbatas dan belum terbiasa menjalankan tugas barunya sehingga membuat pelaksanaanya terlalu lama.

Sedangkan pihak ASDP beralasan pendataan yang dilaksanakan tersebut dalam rangka menegakkan disiplin terkait dengan keamanan dan keselamatan penyeberangan.

"Pendataan diutamakan pada penumpang (manifest) dan barang muatan berbahaya di Pelabuhan Merak," kata Sekretaris Perusahaan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) saat ditemui pada hari yang sama.

Dia menjelaskan, pendataan penumpang merupakan bentuk penegakan peraturan dan pelaksanaan operasi standar, seperti yang tertuang dalam surat Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP).

"Jadi antrean kendaraan truk dikarenakan adanya penegakan kedisiplinan bagi yang masuk ke Pelabuhan Merak," katanya.

Saat ini PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) katanya, terus berkoordinasi dengan beberapa pihak seperti PT Jasa Marga Tbk, PT Marga Mandala Sakti, Kepolisian, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Syahbandar, LLAJR, Gapasdap, Pelindo II guna mempercepat keberangkatan kendaraan yang tetunda untuk menyeberang yang berada diluar areal pelabuhan.

Selain itu, PT ASDP juga melakukan pengendalian operasional dengan menempatkan dua mobil display di ruas Tol Jakarta - Merak guna menginformasikan kepada pengguna jasa tentang kondisi terkini di Pelabuhan Merak.

Menurut dia, sejak terbakarnya KMP Laut Teduh II 28 Januari 2011, PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Utama Merak melakukan pendataan penumpang, sehingga dapat diketahui berapa jumlah penumpang pejalan kaki dan kendaraan yang masuk pada setiap kapal yang hendak menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung. (MSR/G001/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011