Banjarnegara (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto melakukan penanaman 200.000 bibit kopi di Pegunungan Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI).

Kegiatan tersebut ditandai dengan penanaman bibit kopi oleh Kepala KPw BI Purwokerto Samsun Hadi, Ketua Umum Kick Andy Foundation Andy F Noya, Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara Totok Setya Winarna, serta sejumlah pejabat lainnya di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Kamis.

Saat ditemui usai kegiatan, Kepala KPw BI Purwokerto Samsun Hadi mengatakan kegiatan penanaman 200.000 bibit kopi tersebut merupakan salah satu program Bank Indonesia dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat dan konservasi lahan.

"Bibit ini sudah berusia 8 bulan dan siap untuk ditanam. Ada 200.000 bibit kopi dari pembibitan kami di daerah Babadan, Kecamatan Pagentan, Banjarnegara, yang nantinya akan kami bagi di Pegunungan Dieng," katanya.

Baca juga: Petani lereng Gunung Sindoro tanam 7.000 bibit kopi

Ia mengharapkan dengan makin tersebarnya budi daya kopi, ke depan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat karena usia produktif akan dimulai setelah berusia tiga tahun.

Menurut dia, penyerahan dan penanaman 200.000 bibit kopi tersebut juga dalam rangka program yang dicanangkan KPw BI Purwokerto pada tahun 2019 berupa penanaman 1 juta pohon kopi.

"Sekarang ini sudah hampir mencapai 460-an ribu bibit yang sudah kami sebar. Berikutnya kami akan melakukan pembibitan lagi sebanyak 200.000 bibit untuk disebar lagi tahun tahun depan. Jadi, sekitar tahun 2022 atau 2023, target penanam kopi di sekitar Pegunungan Dieng akan tercapai," katanya.

Ia mengakui pengembangan budi daya kopi tersebut juga ditujukan untuk mendukung kegiatan konservasi.

"Kita tahu bahwa daerah Pegunungan Dieng termasuk daerah yang labil, banyak bencana longsor dan segala macam. Masyarakatnya juga banyak yang menanam sayuran, kentang, serta salak, itu juga ternyata kurang banyak membantu stabilitas tanah di sekitar pegunungan," katanya menjelaskan.

Ia mengharapkan dengan kondisi pohonnya yang lebih besar daripada sayuran, salak, atau kentang dan akarnya lebih dalam, tanaman kopi dapat mendukung konservasi alam dan meminimalisasi bencana longsor.

Lebih lanjut, Samsun mengatakan sesuai komitmen dengan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, pihaknya dalam melaksanakan program tersebut tidak sekadar menanam bibit kopi, namun hingga pemasaran.

"Kami bantu mulai dari hulu ke hilir, dari pembibitan sampai pemasaran termasuk pemasaran melalui digital marketing. Kami juga membantu pemasaran untuk ekspor ke beberapa negara seperti Singapura dan sebentar lagi ke Tokyo, Jepang," katanya.

Ia mengakui permintaan terhadap kopi yang dihasilkan Pegunungan Dieng tergolong tinggi sehingga hal itu menjadi tantangan bagi kelompok tani karena dituntut konsistensi kualitas dan kuantitas.

"Suplainya konsisten, ini tantangan karena permintaannya tinggi. Mudah-mudahan dengan bantuan pendampingan kami selama ini, akan semakin baik," kata Samsun.

Baca juga: Edukasi untuk petani kopi

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara Totok Setya Winarna menyampaikan terima kasih kepada KPw BI Purwokerto yang telah mengawali pembudidayaan kopi sejak tahun 2019, sehingga saat sekarang masyarakat di Pegunungan Dieng dengan sendirinya mau menanam komoditas tersebut untuk konservasi.

Selain itu, kata dia, masyarakat sekarang sudah tahu jika kopi meningkatkan nilai ekonomis yang sangat tinggi.

"Apalagi dengan dibantu BI yang kemarin sudah promosi ke Singapura, itu luar biasa. Rasa kopi Dieng kan lebih bagus lebih mantap pada kopi kabupaten/kota lain. Mohon doanya, tahun 2024 kami akan berusaha untuk ekspor kopi, ya kopi Dieng," katanya.

Terkait dengan luas lahan kopi di Banjarnegara, dia mengatakan hingga saat ini telah mencapai kisaran 400 hektare untuk kopi robusta dan 500-600 hektare untuk kopi arabica yang tersebar di enam kecamatan meliputi Kalibening, Pejawaran, Karangkobar, Pagentan, Batur, dan Wanayasa. 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021