Papua (ANTARA) - IIn Zulkarnain kembali lagi ke panggung Pekan Olahraga Nasional (PON) di Auditorium Universitas Cenderawasih, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Kamis. Ini adalah hari kesembilan dia bertugas mendukung sukses kompetisi cabang olahraga angkat berat pada pesta olahraga nasional empat tahunan itu.

Pria yang karib disapa Kang Iin ini bukan seorang atlet yang tengah membela martabat suatu provinsi. Namun peran yang dimainkannya cukup krusial dalam menopang prestasi atlet angkat besi dan angkat berat yang sedang berlaga.

"Kalau ditanya peran kami di PON ini, tentu berisiko. Bayangkan saja, kalau seorang lifter hanya mengangkat beberapa kali barbel, kami harus berulang-ulang kali mengangkat dan bongkar pasang barbel," katanya saat membuka obrolan bersama Antara di belakang panggung.

Iin lahir di Jawa Barat 40 tahun silam. Saat ini ia dipercaya menjadi koordinator tim loader PON XX Papua bersama 12 rekannya.

Iin menyebut angkat berat sebagai misi paling berisiko sekaligus menguras stamina bila dibandingkan angkat besi. Tim loader harus mengurus puluhan keping barbel yang masing-masing seberat 25kg (warna merah), 20kg (warna biru), 15kg (warna kuning), 10kg (warna hijau) dan piringan barbel 5kg serta 2,5kg.

"Babak squat dan dead lift itu tumpuannya kaki. Itu luar biasa banget beratnya apalagi untuk atlet kelas 93kg dan 105kg. Risikonya juga besar buat loader di saat harus melindungi atlet yang tidak kuat," katanya.

Pernah saat bertugas di PON Palembang 2021, salah satu anggotanya mengalami kecelakaan. Barbel seberat 200kg lebih itu terlepas dari cengkeraman jari seorang lifter saat tampil di babak squat. Tak ayal barbel pun memantul di lantai panggung hingga mengenai kaki kiri petugas loader.

"Belum 15 menit pertandingan berjalan, barbel jatuh langsung kena jari kakinya. Kita bawa ke ruang medis dan ternyata harus amputasi kaki dan sekarang hanya bersisa jempolnya saja. Itu baru pantulan, gimana kalau langsung kena," katanya.

Iin menyebut insiden kelam itu sebagai pelajaran dari koordinasi yang tidak berjalan baik di kalangan loader. "Saat itu hari pertama, tim loader ingin tampil di siaran tv. 12 orang loader naik semua ke panggung, jadi ruangnya semakin sempit," katanya.

Baca juga: Lifter Viki ingin manfaatkan emas PON Papua untuk jualan seprai

Selanjutnya : berpengalaman

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021