makanan sebagai faktor risiko kanker itu membutuhkan antara 10 sampai 20 tahun untuk jadi.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan pentingnya menjaga pola makan dengan makanan yang sehat, bergizi dan aman untuk kesehatan tubuh sebagai bagian dari upaya untuk mencegah kanker.

"Kita mesti ingat bahwa lingkungan kita dan gaya hidup kita dan makanan kita itu merupakan faktor risiko kanker yang harus kita masukkan ke dalam langkah-langkah sehat dalam menyediakan dalam menyajikan makanan yang baik," kata Aru dalam gelar wicara virtual Hari Pangan Sedunia, Pastikan Ketersediaan Pangan yang Sehat di Jakarta, Jumat.

Aru menuturkan kualitas dari makanan maupun kemasan pangan penting terutama menghindari yang mengandung bahan karsinogen yang membentuk kanker.

Baca juga: AstraZeneca Indonesia-YKI luncurkan PULIH bagi penyintas kanker paru

Dengan demikian, masyarakat perlu diedukasi untuk menghindari makanan dan kemasan yang bersifat karsinogenik, karena jika tidak paham, maka warga bisa memakan makanan yang mengandung bahan karsinogen yang bisa menyebabkan kanker dan membahayakan kesehatan.

Aru menuturkan 5 persen kanker disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan, sementara 90-95 persen faktor risiko yang menyebabkan kanker berasal dari lingkungan termasuk gaya hidup dan makanan yang dikonsumsi. Makanan yang bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker tergantung dari makanan, cara mengolah makanan dan kemasan makanan.

Baca juga: Tangani kanker, pasien harus terbuka dan jangan takut bertanya

Kanker sendiri memerlukan waktu untuk mencapai tingkat bisa merasakan atau melihat suatu benjolan atau gejala kanker. Itu berarti sebenarnya masih sempat mencegah kanker sebelum kanker berkembang, yakni dari gaya hidup dan makanan yang dikonsumsi.

"Kita jarang memikirkan makanan sebagai faktor risiko kanker karena kanker itu membutuhkan antara 10 sampai 20 tahun untuk jadi. Jadi kanker yang diidap oleh seorang pasien berumur 55 tahun sebetulnya sudah dimulai dari pembelahan sel yang tidak normal yang tidak terdeteksi dan tidak dapat diatasi oleh tubuh pada waktu umurnya 30-an tahun," ujar Aru.

Baca juga: YKI Bogor sosialisasikan pencegahan penyakit kanker melalui lomba

Ia mengatakan merokok merupakan faktor risiko untuk kanker sebanyak 30 persen tetapi makanan mendapat proporsi lebih besar yakni 35 persen. Oleh karena itu, harus berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan agar tidak menyebabkan bahan karsinogenik masuk ke dalam tubuh.

Selain mengkonsumsi makanan yang sehat, bergizi dan aman, yang penting dilakukan untuk mencegah kanker adalah menjaga berat badan dan berolahraga.

Jenis makanan yang dapat meningkatkan risiko kanker adalah daging yang diproses dengan pengasapan, pengasinan, pengalengan dan pengawetan seperti sejumlah sosis dan nugget kemasan, serta daging yang dibakar.

Baca juga: Pakar: 70 persen masyarakat sadar kanker saat stadium empat

Bahan-bahan pengawet dan aditif juga dapat memicu pertumbuhan sel kanker.

Konsumsi gula dan karbohidrat olahan, dan alkohol juga bisa meningkatkan risiko kanker. Konsumsi gula dan makanan tepung konsentrasi tinggi dapat berakibat pada diabetes tipe 2 dan obesitas sehingga meningkatkan risiko kanker tertentu.

Kemasan pangan yang perlu diwaspadai antara lain styrofoam, kemasan yang dilapisi PFA, dan kemasan kaleng.

Baca juga: Lestari: Upaya preventif masif, cegah kanker payudara di usia muda

Oleh karena itu, Aru mengajak masyarakat untuk mencegah kanker sejak dini antara lain dengan menghindari konsumsi makanan atau minuman yang mengandung karsinogen, menerapkan pola hidup sehat, berolahraga secara teratur, menjaga berat badan, melakukan deteksi dini kanker dan skrining kanker.

Di samping itu, semua pihak dapat berkolaborasi dan bersinergi untuk meningkatkan edukasi kepada masyarakat dalam rangka memberikan informasi dan pemahaman untuk mencegah kanker antara lain terkait pentingnya makan makanan yang baik dan sehat untuk dikonsumsi serta menghindari makanan atau minuman yang karsinogenik.

Baca juga: SADARI cegah kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut

Baca juga: Cegah anak derita kanker perlu sosialisasi kanker anak secara masif

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021