Palu (ANTARA) - Hari ini diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia atau World Food Day. Untuk kedua kalinya Hari Pangan Sedunia diperingati saat pandemi COVID-19.

Pandemi telah memicu resesi ekonomi yang hebat, menghambat akses pangan, dan mempengaruhi seluruh sistem pertanian - pangan. Bahkan sebelum pandemi, kelaparan terus berlangsung. Gizi buruk dan jumlah orang kelaparan meningkat di seluruh dunia.

Situasi ini mendorong Badan Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Hari Pangan Sedunia tahun ini mengangkat tema "Tindakan kita, masa depan kita, untuk produksi, gizi, lingkungan dan kehidupan yang
lebih baik".

Perwakilan FAO PBB Untuk Indonesia Rajendra Aryal menyatakan tema ini menyoroti pentingnya sistem pertanian-pangan berkelanjutan untuk membangun dunia yang lebih tangguh dalam menghadapi masa depan.

Dunia mengalami kemunduran besar dalam perang melawan kelaparan. Saat ini, lebih dari tiga miliar
orang atau hampir 40 persen dari total populasi dunia tidak mempunyai akses terhadap makanan sehat.

Sebanyak 811 juta orang kekurangan gizi di dunia dan sebaliknya, 2 miliar orang dewasa kelebihan berat badan atau obesitas karena pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.

Di Indonesia, jumlah orang dewasa yang obesitas meningkat dua kali lipat selama dua dekade terakhir. Seiring dengan itu, obesitas pada anak juga meningkat.

Di sisi lain, 27,67 persen anak-anak di Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami stunting atau terlalu pendek untuk usia mereka. Angka stunting ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka rata-rata di kawasan Asia.

Statistik yang kontras ini menunjukkan sistem pertanian pangan saat ini tidak setara dan tidak adil.

Sistem yang mencakup perjalanan makanan dari lahan pertanian ke meja makan – termasuk saat ditanam, dipanen, diproses, dikemas, diangkut, didistribusikan, diperdagangkan, dibeli, disiapkan, dimakan, dan dibuang – mendesak untuk berubah menjadi sistem yang lebih berkelanjutan.

“Hidup kita bergantung pada sistem pertanian pangan. Setiap kali kita makan, kita berpartisipasi dalam sistem. Makanan yang kita pilih dan cara kita memproduksi, menyiapkan, memasak, dan menyimpannya menjadikan kita bagian yang tak terlepas dari sistem pertanian pangan", katanya.

Pangan berkelanjutan

Sistem pertanian pangan berkelanjutan adalah sebuah sistem di mana berbagai makanan yang bergizi, seimbang dan aman tersedia dengan harga yang terjangkau untuk semua orang.

Pada situasi itu tidak ada yang kelaparan atau menderita kekurangan gizi atau obesitas dalam bentuk apa pun.

Sistem yang berkelanjutan di semua sektor pangan

Sistem pertanian pangan mempekerjakan 1 miliar orang di seluruh dunia, lebih banyak dari sektor ekonomi lainnya. Namun sayangnya, cara kita memproduksi, mengonsumsi, dan membuang makanan mengorbankan banyak hal dalam planet kita.

Sistem produksi pangan yang tidak berkelanjutan menghancurkan habitat alami dan berkontribusi pada kepunahan spesies. FAO telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan berkontribusi untuk memastikan pembangunan pertanian pangan berkelanjutan di Indonesia.

Sejak 2019, FAO bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) untuk menganalisis sistem pertanian pangan nasional dan memberikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan kapasitas sistem pertanian pangan nasional yang berkelanjutan.

Dukungan terhadap berdirinya Badan Pangan Nasional yang mengoordinasikan masalah terkait sistem pertanian pangan serta peningkatan kapasitas terkait perencanaan sistem pertanian pangan merupakan bagian dari dukungan FAO kepada BAPPENAS.

Pada sektor peternakan dan kesehatan hewan, FAO telah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) sejak tahun 2006 dengan dukungan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan mitra internasional lainnya untuk mencegah, mendeteksi dan mengendalikan berbagai ancaman kesehatan global.

Ancaman kesehatan seperti flu burung, rabies dan resistansi antimikroba dapat menular dari hewan kepada manusia melalui sistem pertanian pangan.

Pertanian keluarga, desa organik, pertanian konservasi dan pertanian digital juga merupakan kerjasama FAO dengan Kementrian Pertanian yang menjadi sorotan beberapa tahun belakangan ini.

Pada produksi ikan di ekosistem laut dan perairan darat, FAO bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mendorong konservasi dan praktik perikanan berkelanjutan.

Terobosan dari upaya kolektif tersebut adalah Integrated Inland Fisheries Geographic Information
System (IIFGIS) berbasis wilayah pengelolaan perikanan perairan darat (WPP-PD) Indonesia.

Sistem ini mengintegrasikan sistem informasi geospasial dan data statistik untuk mendukung sistem pemantauan dan penilaian data perikanan darat, serta ketertelusuran.

Ketertelusuran selalu menjadi isu utama dalam sektor perikanan. FAO berkomitmen untuk bekerja sama dengan KKP dan memberikan dukungan teknis untuk meningkatkan ketertelusuran di sektor perikanan. Hal ini berkontribusi pada fourbetter yang merupakan tema Hari Pangan Sedunia tahun ini.

FAO juga mendukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melestarikan hutan dan lahan gambut untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

“Kita membutuhkan tindakan kolektif untuk mengubah sistem pertanian pangan kita. Setiap orang harus memahami bahwa perlakuan mereka terhadap makanan mempengaruhi sistem pangan,"tambah Rajendra.

Transformasi global hanya bisa terjadi jika dimulai dari individu. Cara memilih, memproduksi, mengonsumsi dan membuang makanan memengaruhi orang lain. Olehnya perlu tindakan dari sekarang.

"Mari kita bersama-sama berusaha dalam kapasitas apa pun yang kita bisa,"ajaknya.

Hari Pangan Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 16 Oktober. Aksi kolektif di 150 negara
anggota FAO membuat Hari Pangan Sedunia menjadi salah satu hari yang paling dirayakan dalam kalender PBB.

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021