-
Samarinda (ANTARA News) - Kalimantan Timur sedang membangun Jembatan Pulau Balang untuk kemudahan akses jalan khususnya di wilayah Selatan, namun pemerhati lingkungan hidup menilai hal itu berpotensi besar merusak ekologi.

"Satu-satunya solusi untuk memudahkan akses orang dan barang adalah membangun jembatan tapi bukan ke arah Pulau Balang, melainkan  langsung dari Balikpapan ke Penajam," kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kaltim Isal Wardhana di Samarinda, Kamis.

Dia mengemukakan, jembatan dari Tanjung Batu (Balikpapan) ke Kerok atau Gunung Seteleng (Penajam) tidak memerlukan  jalan penghubung sepanjang pantai Teluk Balikpapan yang melalui perbatasan Barat Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW).

Menurut dia, alternatif tersebut juga lebih ekonomis karena jarak untuk transportasi lebih pendek.

"Masalah utamanya, jalan penghubung dari Balikpapan ke Pulau Balang akan memotong semua jalur hijau di antara HLSW dan hutan mangrove pesisir Teluk Balikpapan, sehingga akan menyebabkan perambahan dan perkembangan industri yang tidak bisa dibatasi," kata Isal.

Dia mengemukakan, jika jalan tersebut dibangun maka semua hutan akan berangsur-angsur hilang.

"Selain itu,  bukan hanya perambahan yang mengancam kelestarian hutan, namun 'perlindungan' yang salah dalam perencanaan juga bisa menyebabkan kerusakan alam," katanya.

Salah satu contoh adalah usulan pemerintah provinsi untuk membuat pagar kawat berduri di sepanjang jalan penghubung ke Jembatan Pulau Balang yang alasannya untuk mencegah perambahan masyarakat ke dalam kawasan lindung.

"Terlalu mudah bagi penebang kayu, pemburu dan spekulator tanah untuk menembus pagar seperti itu," kata Isal.
(ANT/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011