Jakarta (ANTARA) - Penelitian yang diterbitkan Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism (2021) menyebutkan bahwa individu dengan hormon ghrelin tinggi–yang bisa didapat melalui diet mediterania hijau–memiliki risiko lebih rendah terkena diabetes dan penyakit metabolik lainnya.

Ghrelin dijuluki sebagai “hormon lapar” yang dapat merangsang nafsu makan. Hormon ini diproduksi di dalam perut dan meningkat semalaman saat kita tidur, diet, puasa, dan kemudian turun lagi setelah makan.

Peneliti serta ahli jantung di Universitas Ben-Gurion Negev dan Pusat Medis Universitas Soroka di Beer-Sheva, Dr. Gal Tsaban, mengatakan hormon ghrelin memiliki peran penting dalam menjaga kadar glikemik dan metabolisme selama kondisi puasa berkepanjangan. 

Ghrelin dapat memicu pengurangan lemak dan peningkatan sensitivitas insulin. Tingkat ghrelin yang lebih rendah dikaitkan dengan obesitas, resistensi insulin, dan perkembangan penyakit metabolik.

“Gaya hidup diet mendorong peningkatan kadar ghrelin yang konsisten, khususnya gaya hidup mediterania ‘hijau’ yang dikaitkan dengan peningkatan ghrelin yang lebih besar dan manfaat kardiometabolik yang lebih besar,” kata Tsaban yang menjadi penulis pertama makalah tersebut kepada Healthline, dikutip pada Senin.

Diet mediterania hijau mencakup lebih banyak konsumsi sayuran hijau daripada diet mediterania biasa atau tradisional, termasuk juga menghindari konsumsi daging merah.

Para peneliti mengevaluasi kadar ghrelin pada 294 orang dengan obesitas perut atau dislipidemia selama periode 18 bulan. Dislipidemia sendiri merupakan suatu kondisi saat kadar lemak dalam darah meningkat.

Baca juga: Ingin sehat? Hindari gorengan, sambut rebusan

Para responden melakukan salah satu dari tiga pilihan diet yang disediakan, yakni diet mediterania tradisional, diet mediterania hijau, atau rencana makan mengikuti pedoman diet sehat. Mereka semua juga berolahraga secara teratur.

Menurut hasil penelitian tersebut, responden yang menjalani diet mediterania hijau memiliki kadar ghrelin dua kali lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti diet mediterania tradisional atau rencana makan sehat.

Para peneliti menduga peningkatan kadar ghrelin yang tercatat pada orang yang mengikuti diet mediterania hijau dapat menjelaskan mengapa pengurangan kadar lemak hati dan kesehatan kardiometabolik mereka lebih baik.

“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap diet mediterania hijau adalah layak. Gaya hidup ini, seperti gaya hidup sehat apa pun, membutuhkan motivasi dan komitmen dari individu yang memutuskan untuk membuat perubahan dalam gaya hidupnya,” kata Tsaban.

Peserta studi yang melakukan diet mediterania hijau juga secara teratur minum teh hijau dan memakan sayuran mankai yang kaya serat dan polifenol. Mankai juga merupakan sumber protein baik yang membantu mengkompensasi kekurangan protein dari daging hewan.

“Polifenol adalah salah satu nutrisi yang dibutuhkan untuk membantu meningkatkan aliran darah yang optimal dan kesehatan kardiometabolik, sehingga memiliki bentuk terkonsentrasi dapat membantu mengurangi peradangan dan resistensi insulin dalam tubuh,” kata ahli diet kardiologi preventif dan pemilik Entirely Nourished, Michelle Routhenstein.

Karena mankai tidak tersedia untuk banyak orang, Routhenstein merekomendasikan untuk mencari makanan tinggi polifenol lain, seperti buah beri, anggur ungu, kacang putih, minyak zaitun extra virgin, basil, jahe, dan cuka.

“Kita harus melihat gambaran keseluruhan dari pola makan dan gaya hidup seseorang dan fokus pada penambahan makanan terapeutik untuk mengatasi kesehatan metabolisme dan jantung secara menyeluruh,” kata Routhenstein.

Baca juga: Rekomendasi pola makan kurangi risiko penyakit jantung

Baca juga: Memiliki pola makan berbeda, berikut penjelasan 6 tipe diet vegetarian

Baca juga: Delapan makanan yang bisa ceriakan suasana tubuh

Penerjemah: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021