Tokyo (ANTARA) - Saham-saham Jepang ditutup sedikit lebih rendah pada Senin, karena investor membukukan keuntungan menyusul reli baru-baru ini, meskipun pembuat mobil naik setelah Toyota Motor mengisyaratkan bahwa mereka masih bisa mencapai rencana produksi setahun penuh meskipun kekurangan chip.

Indeks acuan Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo (TSE) tergerus 0,15 persen atau 43,17 poin menjadi menetap di 29.025,46 poin, setelah membukukan kenaikan mingguan pertama dalam empat pekan terakhir.

Investor juga berhati-hati dengan meningkatnya ketidakpastian pada ekonomi China karena perusahaan properti yang sarat utang, China Evergrande Group, berjuang untuk bertahan hidup dan ketika PDB negara itu melambat pada kuartal ketiga.

“Banyak investor yang ingin mengambil untung ketika Nikkei berada di atas 29.000. Perasaan saya adalah mereka juga waspada terhadap masalah Evergrande menjelang tenggat waktu untuk menghindari gagal bayar,” kata Ahli Strategi Senior Sumitomo Mitsui Trust Asset Management, Hiroyuki Ueno.

Indeks Topix yang lebih luas kehilangan 0,23 persen atau 4,70 poin menjadi berakhir di 2.019,23 poin, tetapi indeks pembuat peralatan transportasi Topix naik 1,86 persen mencapai level tertinggi sejak 2015.

Baca juga: IHSG awal pekan ditutup naik, ditopang optimisme pemulihan ekonomi RI

Toyota Motor terangkat 2,22 persen setelah memangkas produksi global yang direncanakan untuk November sebanyak 15 persen karena kekurangan chip yang sedang berlangsung, tetapi mengindikasikan akan meningkatkan produksi mulai Desember dengan tetap berpegang pada target produksi setahun penuh terbaru.

Rekannya, Suzuki Motor meningkat 2,43 persen, sementara Subaru bertambah 1,95 persen dan pembuat suku cadang mobil Denso melonjak 3,16 persen karena yen yang lebih lemah.

Saham-saham terkait sumber daya adalah titik cerah lainnya berkat kekuatan pasar komoditas. Mitsui Mining melambung 5,23 persen, sementara Sumitomo Metal bertambah 2,75 persen dan perusahaan eksplorasi minyak Inpex melonjak 4,88 persen.

BayCurrent Consulting terperosok 14,31 persen karena laba kuartalannya yang solid jauh dari ekspektasi investor yang lebih kuat. Harga sahamnya masih naik lebih dari 130 persen sepanjang tahun ini.

Perusahaan rintisan fintech, Money Forward, anjlok 12,42 persen setelah melaporkan kerugian kuartalan yang lebih besar dari perkiraan.

Baca juga: Saham China ditutup turun, tertekan ekonomi tumbuh terendah 1 tahun

Baca juga: Saham Korsel setop reli 3 hari, tertekan tumbuh rendah ekonomi China



 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021