mewujudkan perilaku masyarakat yang higiene dan sanitasi mandiri
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Utara (Jakut) mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu lewat metode pemicuan untuk mengantisipasi diri dari risiko penyakit infeksi di kala curah hujan tinggi akibat sanitasi buruk.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utara dr Yudi Dimyati di Jakarta, Senin, menjelaskan metode itu memberdayakan warga agar memiliki kesadaran mandiri terhadap higiene dan sanitasi dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku dan kebiasaan individu.

STBM sendiri merupakan pendekatan yang berpedoman pada lima pilar yaitu stop buang air besar (BAB) secara sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga dan pengamanan limbah cair rumah tangga.

"Pertemuan ini untuk menyatukan komitmen dan mencari solusi untuk menuntaskan berbagai permasalahan, pada pilar pertama seperti halnya membangun tangki septik mandiri," ujar Yudi usai kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) tingkat Kota Jakarta Utara. 

Peningkatan akses sanitasi dasar di Jakarta Utara sangat penting. Penyakit akibat sanitasi yang buruk seperti gangguan saluran pencernaan membuat energi untuk pertumbuhan tubuh menjadi teralihkan, sehingga tubuh kurang mampu menghadapi penyakit infeksi.

Baca juga: Pemkot Jakut siapkan fasilitas sanitasi di pengungsian Kampung Bandan

Di kesempatan itu, Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim mengajak masyarakat untuk menerapkan sanitasi total secara mandiri sebagai modal dasar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

"STBM itu bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat higiene dan sanitasi mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya," ujar Ali didampingi Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat (Asminra) Sekretaris Kota Jakarta Utara Wawan Budi Rohman.

Merujuk pada studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2007 yang dipublikasikan dalam situs resmi Kementerian Kesehatan, jika setiap anggota keluarga dalam suatu komunitas melakukan lima pilar STBM, maka angka kejadian diare akan turun sebesar 94 persen.

Sanitasi juga berkaitan erat dengan "stunting" karena Riset Kesehatan Dasar 2013 menyatakan satu dari tiga anak Indonesia menderita persoalan gizi buruk menahun sehingga menyebabkan kekerdilan (stunting).

Akses terhadap sanitasi yang baik berkontribusi dalam penurunan "stunting" sebesar 27 persen. Jika intervensi yang terfokus pada perubahan perilaku dalam sanitasi dan kebersihan dapat menyebabkan potensi "stunting" berkurang.

Baca juga: PUPR bersama JICA atasi masalah sanitasi dan air limbah di Jakarta

Sanitasi buruk tidak hanya berpengaruh pada kesehatan, tapi juga pada ekonomi negara.

Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar Rp56,7 triliun per tahun akibat kondisi sanitasi yang buruk untuk membayar ongkos pengobatan dan akomodasi.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021