Beijing (ANTARA) - Krisis listrik dan terhambatnya pasokan telah memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi China.

Biro Statistik Nasional China (NBS), Senin, merilis pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 4,9 persen pada kuartal ketiga tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Namun pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dua kuartal sebelumnya, bahkan lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 5 persen.

Pada kuartal pertama tahun ini PBD China tumbuh 18,3 persen dan kuartal kedua 7,9 persen. Pada semester pertama tahun ini PBD China meningkat 12,7 persen menjadi 53,2 triliun yuan sebagaimana data NBS.

Investasi aset tetap dalam sembilan bulan terakhir meningkat 7,3 persen, sedangkan investasi pembangunan properti naik 8,8 persen.

Pelambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga ini tidak saja karena dampak kebijakan ketat COVID-19 tahun lalu, melainkan juga tantangan yang dihadapi China tahun ini, seperti krisis energi dan hambatan suplai global.

Para ekonom di China mengingatkan bahwa tekanan akan makin ketat pada kuartal keempat nanti yang mungkin saja bisa menekan laju pertumbuhan PDB sepanjang tahun 2021. 

Baca juga: Ekonomi China tumbuh 18,3 persen pada kuartal pertama
Baca juga: Diproyeksikan ekonomi tumbuh 8 persen, PM China realistis di 6 persen
Baca juga: Di sidang parlemen China, PM Li targetkan pertumbuhan ekonomi 6 persen

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021