Timika (ANTARA News) - Dua pekerja tambang Chile yang beberapa waktu lalu terjebak selama 62 hari di kedalaman hampir 700 meter di areal pertambangan San Jose, sejak Jumat (18/2) mengunjungi areal pertambangan PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua.

Daniel Esteban Herera Campos dan Manuel Kiyosh Kuwahara, kedua pekerja tambang asal Chile itu kepada wartawan Minggu mengatakan bahwa kunjungan ke Freeport dalam rangka melihat proses pertambangan emas, tembaga dan perak di perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu.

Selain itu, Esteban dan Manuel juga mempelajari bagaimana penerapan prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) serta melakukan kerja sama dengan Indonesian Mining Asociation (IMA).

Manuel memberikan apresiasi positif terhadap sistem keamanan pekerja tambang Freeport. Ia juga menyatakan kagum dengan penerapan sistem komputerisasi yang digunakan Freeport di areal pertambangan sehingga dapat memantau semua aktivitas operasionalnya.

"Kami berharap ke depan terjalin hubungan yang baik antara Chile dan Indonesia, tidak saja di bidang ekonomi tetapi juga menyangkut sharing ilmu pengetahuan dan pertukaran tenaga kerja terutama di bidang pertambangan," tutur Manuel yang merupakan seorang pekerja di bidang mekanik atau permesinan (engineer).

Rekan Manuel, Esteban yang sempat terjebak selama 62 hari bersama 32 rekannya dalam sebuah tambang berkedalaman hampir 700 meter di Chile Agustus hingga Oktober 2010 mengisahkan pengalamannya yang sangat dramatis saat itu.

Esteban menuturkan, selama 17 hari ia dan rekan-rekannya mengalami putus hubungan dengan pekerja lain yang berada di permukaan.

Menurut dia, salah satu faktor utama yang membuat puluhan pekerja tambang Chile saat itu bisa selamat karena pemahaman yang baik soal prosedur penyelamatan diri.

"Kami juga saling menguatkan dan selalu ingat akan keluarga kami masing-masing. Itulah yang membuat kami mampu bertahan selama 62 hari di dalam tambang," tutur Esteban.

Ia mengatakan, situasi yang dialami para pekerja tambang Chile saat itu sangat sulit mengingat kejadian itu baru pertama kali mereka alami.

"Selama 17 hari sebelum ada kontak dengan permukaan, setiap hari kami rapat membahas apa yang bisa kami kerjakan untuk bisa selamat," jelas Esteban sembari menambahkan ketersediaan bahan makanan dan air sebanyak 20 ribu liter juga turut membantu para pekerja bisa bertahan dari kondisi yang sangat mengancam keselamatan jiwa mereka.

Penyelamatan

Manuel menambahkan, pada 5 Agustus 2010 tim penyelamat melakukan pengeboran lubang berdiameter 12 cm ke dalam permukaan bumi, tepat di lokasi para pekerja terjebak.

Setelah berhasil melakukan kontak dengan para pekerja, bahan makanan, minuman dan semua kebutuhan para korban dipasok melalui lubang tersebut. Bahkan saat itu tim penyelamat memasukan sebuah kamera guna memantau kondisi para pekerja.

Selanjutnya pada 30 Agustus 2010 tim penyelamat kembali mengebor lubang yang lebih besar berdiameter 80 cm. Pengeboran dilanjutkan pada 4 September 2010 untuk membuat lubang berdiameter 80 cm dengan kemiringan 80 derajat. Dan pengeboran terakhir dilakukan pada 10 September untuk membuat lubang berdiameter sama dengan kemiringan 85 derajat.

Setelah berhasil mencapai posisi para pekerja, sebuah kapsul penyelamat dimasukan ke dalam lubang berdiameter 80 cm tersebut untuk mengevakuasi satu persatu para pekerja tambang yang terjebak.

Florencio Avalos menjadi penambang pertama yang berhasil ditarik dari areal pertambangan San Jose, pada Rabu (13/10). Avalos mencapai permukaan dengan selamat selama 15 menit.

Manuel mengatakan lokasi pertambangan San Jose tempat ia bersama Esteban bekerja tergolong tua karena sudah beroperasi lebih dari 100 tahun.

Terowongan yang menghubungkan lokasi tambang dengan permukaan tanah runtuh akibat ulah para pekerja tambang liar yang mencuri tiang-tiang penyangga terowongan hingga mengakibatkan 33 pekerja tambang tersebut terjebak di kedalaman hampir mencapai 700 meter di bawah permukaan bumi.

Upaya evakuasi para pekerja tambang Chile saat itu disaksikan langsung oleh Presiden Chile, Sebastian Vinera.

Selama berada di Freeport, Manuel dan Esteban mengunjungi areal tambang terbuka Grassberg Tembagapura, tambang bawah tanah (under ground) dan area reklamasi tailing atau pasir sisa tambang (sirsat) Freeport di Maurupauw Mile Point 21.

(E015/B013/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011