Militer akan membela Libya, Tripoli dan Moammar Gaddafi hingga titik darah terakhir"
Kairo (ANTARA News) - Putra Presiden Libya Moammar Gaddafi, Sayf al-Islam Gaddafi menuduh anggota oposisi di luar negeri mengatur demonstrasi di negara itu.

Demonstrasi di satu satu negara produsen minyak bumi terbesar dunia itu dimulai pada 15 Februari di tengah maraknya demonstrasi antipemerintah di kawasan Timur Tengah.

"Mereka mencoba mengulang skenario yang terjadi di Mesir dan Tunisia," katanya dalam satu wawancara dengan televisi pemerintah, Minggu malam.

Ia menuduh oposisi di luar negeri menggunakan jejaring sosial Facebook dan e-mail untuk meminta massa turun ke jalan dan bergabung dalam demonstrasi antipemerintah. Dia menambahkan oposisi dalam negeri juga mendukung pergolakan saat ini.

Beberapa sumber media Arab sebelumnya melaporkan bahwa unsur-unsur militer dan pejabat penegak hukum berbalik bergabung dengan kubu oposisi.

Sayf al-Islam Gaddafi menolak laporan tersebut dan menyatakan bahwa militer tetap berada di pihak ayahnya dan negara.

"Militer akan membela Libya, Tripoli dan Moammar Gaddafi hingga titik darah terakhir," katanya.

Kerusuhan terpusat di kota sebelah timur Benghazi, Bayda dan Tobruk, namun tidak ada laporan yang menyebutkan pergolakan melebar ke kawasan barat negara itu.

Media setempat melaporkan demonstrasi di ibukota Libya, Tripoli, di mana polisi bentrok dengan para demonstran.

Stasiun televisi Al-Jazeera memberitakan bahwa suara tembakan di ibukota dan polisi menggunakan gas air mata untuk menghadapi para demonstran, sementera stasiun televisi Mesir Nile News melaporkan beberapa mobil dibakar di kota itu.

Sayf al-Islam Gaddafi menambahkan, ratusan ribu orang masih mendukung ayahnya dan saat ini ribuan orang sedang menuju Tripoli untuk membela Moammar Gaddafi.

"Kesatuan dan kedaulatan Libya saat ini berada dalam bahaya," tambahnya.

RIA Novosti/KR-DLN/C003

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011