Jumlah lansia mulai dari usia 50 tahun ke atas yang dapat mengakses dan menggunakan internet hanya 8,83 persen.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menyebutkan penggunaan teknologi dan akses pada aspek digitalisasi pada penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia masih terbilang rendah.

“Kalau kita melihat landscape yang terkait dengan lansia kita ini, data dari BPS mengenai digitalisasi ramah lansia tahun 2020 menunjukan persentase usia lima sampai usia ke atas lebih banyak diduduki oleh kaum yang lebih muda,” kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo Samuel A. Pangerapan dalam webinar Digital Equity for All Ages yang diikuti di Jakarta, Kamis.

Samuel menuturkan, jumlah orang yang dapat mengakses internet di Indonesia saat ini telah mencapai 202,7 juta orang atau sebesar 73 persen. Namun, penggunaan pada internet pada lansia masih rendah dan penggunaan didominasi oleh kaum muda.

Jumlah lansia mulai dari usia 50 tahun ke atas yang dapat mengakses dan menggunakan internet hanya 8,83 persen.

Lebih lanjut dia mengatakan, data milik World Bank menunjukkan, penduduk yang lebih muda dapat berpendidikan secara lebih aktif secara digital daripada penduduk yang lebih tua dengan pendidikan yang lebih rendah.

Samuel juga menyebutkan, banyak lansia di Indonesia yang masih menjadi target dari sisi negatif keberadaan teknologi digital seperti terkena penipuan atau termakan hoaks dari sumber yang tidak bertanggung jawab.

“Ditambah lagi kalau kita bicara dengan pusat data, menunjukan tingkat penggunaan teknologi dan internet penduduk lanjut usia masih rendah. Terutama untuk penduduk lansia di daerah pedesaan,” ucap Samuel.

Senior Assistant Proffessor dari Universitas Brunei Darussalam Evi Nurvidya Arifin mengatakan tidak cukup berpendidikan bukan berarti lansia tidak bisa masuk ke dalam dunia digital.

Baca juga: Kelompok rentan Sulsel mendapat pelatihan digitalisasi UMKM
Baca juga: Menkominfo: Koneksi ponsel capai 345,3 juta, lampaui total penduduk RI


“Untuk masuk (ke dunia digital), justru mereka harus dibantu dengan adanya teknologi, agar lebih bisa berpartisipasi aktif di dalam kehidupan di era teknologi ini,” kata Evi.

Evi memberikan contoh, penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) seperti ponsel di kalangan lansia, banyak digunakan oleh lansia laki-laki sebanyak 54,3 persen dibandingkan lansia perempuan sebanyak 39,7 persen.

Persentase penggunaan ponsel pada lansia laki-laki tersebut, kata dia, juga lebih mendominasi dibandingkan dengan kaum disabilitas yang ada sebanyak 23,9 persen dan non-disabilitas sebanyak 50,8 persen.

Menurut Evi, hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan ponsel lansia Indonesia juga cukup setara dengan negara yang ada di Asia Pasifik seperti Hongkong, Macau, Georgia, Thailand, Singapura, Iran, Pakistan serta Jepang.

Namun, dalam aspek penggunaan internet di Indonesia, masih berada jauh diposisi bawah akibat jumlah yang menggunakan internet cukup rendah.

“Tapi terkait penggunaan komputer ada sedikit perbedaan. Kita masih di bawah dibandingkan negara-negara lainnya dan dalam penggunaan internet, juga masih cukup rendah,” ujar dia.

Melihat potensi lansia yang dapat menggunakan ponsel cukup besar, Evi mengatakan lansia memiliki potensi untuk ikut bertransformasi dalam dunia digital yang cepat berkembang dalam revolusi industri keempat.

Ia berharap, potensi yang dimiliki oleh para lansia tersebut dapat ditingkatkan secara optimal sehingga dapat ikut menggunakan teknologi dengan lebih baik lagi.

“Lansia adalah potensi, dikatakan beban karena kita tidak berusaha memaksimalkan, mengoptimalisasikan potensi-potensi yang mereka miliki. Mari kita satukan mereka-mereka yang belum terkoneksi,” kata dia.
Baca juga: 54 persen penduduk Indonesia punya akses internet

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021