New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), menghapus kerugian sebelumnya, didorong oleh data pekerjaan dan perumahan yang lebih baik serta kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Data menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah 19 bulan pekan lalu, menunjuk pada pengetatan pasar tenaga kerja, meskipun kekurangan pekerja dapat menjaga laju perekrutan moderat pada Oktober.

Penjualan rumah AS juga melonjak ke level tertinggi delapan bulan pada September, tetapi harga yang lebih tinggi karena pasokan tetap ketat menekan pembeli pertama kali keluar dari pasar perumahan.

"Dolar AS memudar di awal sesi, meskipun kemudian menemukan pijakannya pada klaim pengangguran yang lebih baik dan data penjualan rumah yang lebih baik," kata Ronald Simpson, direktur pelaksana untuk analisis mata uang global di Action Economics.

Indeks dolar naik menjadi 93,76, menguat 0,17 persen hari ini, setelah sebelumnya jatuh ke 93,49. Indeks telah mencapai tertinggi satu tahun di 94,56 minggu lalu karena meningkatnya taruhan bahwa Federal Reserve akan perlu menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya untuk memadamkan tekanan harga yang meningkat.

Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan pada Kamis (21/10/2021) bahwa bank sentral AS harus membiarkan neracanya 8 triliun dolar AS menyusut selama beberapa tahun ke depan.

Dolar juga didukung karena imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan naik menjadi 1,683 persen, tertinggi sejak 13 Mei.

Mata uang yang sensitif terhadap risiko, termasuk dolar Australia, terus melemah bahkan ketika rebound saham di kemudian hari menunjukkan sentimen risiko yang membaik.

Dolar Australia, yang merupakan proksi untuk selera risiko, turun 0,67 persen menjadi 0,7465 dolar AS setelah mencapai 0,7547 dolar AS semalam, tertinggi sejak 6 Juli.

Kepala analisis teknis FICC Commerzbank, Karen Jones, mengatakan dalam sebuah laporan pada Kamis (21/10/2021) bahwa mata uang Australia kemungkinan akan mengalami aksi ambil untung karena mencapai rata-rata pergerakan 55-minggu di 0,7516 dolar AS.

Dolar Selandia Baru, yang telah didorong sejak negara itu pada Senin (18/10/2021) mencatat pembacaan inflasi tertinggi dalam lebih dari satu dekade, juga turun 0,67 persen menjadi 0,77153 dolar AS, setelah naik ke 0,7219 dolar AS semalam, tertinggi sejak 8 Juni.

Greenback merosot 0,34 persen terhadap safe-haven yen menjadi 113,97. Dolar telah mencapai tertinggi empat tahun 114,67 terhadap mata uang Jepang pada Rabu (20/10/2021).

Sterling tergelincir 0,29 persen menjadi 1,3785 dolar AS, sementara euro turun 0,23 persen pada 1,1623 dolar AS.

Bitcoin terakhir di 65.193 dolar AS, setelah mencapai rekor tertinggi 67.017 dolar AS pada Rabu (20/10/2021). Permintaan untuk uang kripto telah meningkat setelah ETF (exchange traded fund) Bitcoin berjangka pertama AS mulai diperdagangkan.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021