Boikot itu telah memberi vonis dan itu mengganggu kebebasan pers"
Jakarta (ANTARA News) - Para tokoh pers menyayangkan pernyataan Sekretaris Kabinet Dipo Alam yang dinilai mereka berlebihan dan tidak tepat.

"Saya sayangkan. Dia boleh saja bicara tidak suka dengan ini, tetapi tidak memberi vonis. Boikot itu telah memberi vonis dan itu mengganggu kebebasan pers," kata wartawan senior Fikri Jufri di Gedung Pengurus Pusat PWI di Jakarta, Kamis.

Ia berharap pernyataan Dipo Alam itu hanya salah lidah. "Semoga itu hanya slip of the tongue, karena saya kenal Dipo Alam itu aktivis Dewan Mahasiswa UI dulu," katanya.

Ia mengaku mengenal Dipo Alam sejak Ali Sadikin menjadi Gubernur Jakarta ketika saat itu Dipo adalah salah satu aktivis yang memprotes kebijakan pemerintah dan mendukung Ali Sadikin.

Sedangkan wartawan senior Rosihan Anwar mengkritik pernyataan Dipo Alam bahwa pers adalah pemangku kekuasaan. Menurut Rosihan, orientasi pers bukanlah kekuasaan.

"Pers itu bukan kekuasaan, karena kekuasaan itu identik dengan politik, politik dalam kekuasaan itu kemampuan untuk menguasai pemerintah, bisa memaksakan kehendak, bisa mengerahkan polisi, pers tidak begitu," katanya dalam diskusi liputan konflik dan traumatik di Jakarta.

Rosihan memaparkan, pers tidak mempunyai kekuasaan untuk memaksakan kehendak karena pers hanya mencari informasi dan akses untuk menyiarkannya kepada masyarakat.

Pers tidak berwenang memaksakan kehendak kepada masyarakat.

Pendapat Rosihan diamini budayawan Arswendo Atmowiloto. "Pers seringkali disebut lebah tanpa sengat," katanya.(*)

M041/D011

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011