Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 mendorong perubahan preferensi wisatawan yang menginginkan pariwisata berkualitas (quality tourism), kata Surana selaku Koordinator Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Menurut dia, wisatawan kini punya minat dan perhatian yang berbeda mengenai tempat wisata, transportasi, akomodasi hingga kebersihan dibandingkan masa sebelum pandemi.

"Pada akhirnya, orang-orang akan memilih quality tourism," kata Surana dalam webinar, Jumat.

Baca juga: Rute panduan untuk liburan sambil bersepeda di Singapura

Baca juga: Manfaatkan peluang untuk membuat tren pilihan wisata baru


Sebelum pandemi, banyak orang yang berwisata ke tempat ramai. Namun kini ada pembatasan kapasitas pengunjung di atraksi wisata. Dari sisi transportasi seperti pemilihan maskapai penerbangan, wisatawan sebelum pandemi akan memikirkan soal jumlah dan durasi transit serta harga penerbangan. Setelah pandemi, pertimbangannya adalah fasilitas sanitasi, waktu transit pendek dan penerbangan langsung.

Dari sisi preferensi produk, atraksi ramai di perkotaan dan tur berisi kelompok besar banyak diminati. Kini, wisata kesehatan dan aktivitas di luar ruangan serta tur pribadi yang anggotanya tidak banyak lebih diminati. Sementara dari sisi akomodasi, wisatawan saat ini mementingkan soal sanitasi dan keamanan serta memilih tempat yang terpisah dari orang lain seperti vila atau resort.

Tahun ini, kunjungan wisatawan mancanegara masih rendah. Tahun lalu ada 4,05 juta wisatawan mancanegara, turun dari 16,11 juta wisatawan mancanegara yang datang tahun 2019. Dari Januari hingga Juli 2021, angkanya belum sampai seperempat dari tahun lalu.

Sementara itu, jumlah wisatawan nusantara 2020 diperkirakan sebanyak 198 juta, turun 29,7 persen dibandingkan angka tahun 2019, yakni 282,9 juta perjalanan. Aktivitas wisatawan nusantarai tahun 2021 sempat membaik hingga Juni, tapi tertahan oleh kebijakan pembatasan mobilitas akibat melonjaknya kasus COVID-19.

Surana optimistis pariwisata akan segera bangkit lewat wisatawan nusantara.

"Wisatawan nusantara bisa memberi dampak distribusi ekonomi," katanya.

Di sisi lain, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Didien Junaedy mengingatkan para pelaku usaha pariwisata untuk mengingat bahwa COVID-19 sebagai musuh tak kasat mata masih belum sepenuhnya diatasi. Oleh karena itu, protokol kesehatan tak boleh diabaikan meski kasus sudah melandai.

"Terapkan protokol kesehatan secara solid," kata Didien.

Baca juga: Traveloka EPIC Sale catat kenaikan pemesanan lebih dari 1,5 kali lipat

Baca juga: Gubernur minta Singapura buka akses warganya masuk ke Kepri

Baca juga: Lima alasan "Work From Bali" asyik untuk bekerja secara daring

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021