Palu (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad membatalkan izin operasional 300 kapal nelayan asing yang beroperasi di tanah air karena dinilai merugikan nelayan dalam negeri.

"300 kapal saya batalkan izinnya, meskipun itu sebetulnya izin lama sebelum saya menjadi menteri. Biarin saja," kata Fadel Muhammad saat meresmikan depo rumput laut, pabrik rumput laut dan sentra pengolahan ikan roa asap di Parigi Moutong, Sulteng, Sabtu sore.

Dia mengatakan kapal-kapal tersebut umumnya berasal dari Vietnam dan Thailand. Menurut Fadel, sudah saatnya pemerintah bersikap tegas untuk memproteksi izin operasional kapal nelayan asing di dalam negeri dan diberikan peluang yang besar kepada nelayan dalam negeri.

Fadel mengatakan, keputusannya tersebut sudah dilaporkan ke presiden dan direspons secara baik oleh presiden.

"Saya sampaikan ke presiden bahwa hasil kekayaan alam kita harus kita olah dalam negeri. Silahkan saudara menteri, itu kebijakan yang baik," kata Fadel mengutip hasil pembicaraannya dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurut Fadel, ikan-ikan yang ada di Indonesia harus diolah semua di dalam negeri. Dia mengatakan, tidak ada urusan dengan izin lama yang sudah dikeluarkan sebelumnya. Menurutnya, selama ia menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan, dia akan mencoret kapal-kapal asing yang menangkap ikan di dalam negeri.

Fadel mengatakan, dirinya harus konsisten meski ia menyadari banyak pihak yang tidak setuju dengan keputusannya tersebut. Dia menegaskan, jika ingin maju pemerintah harus konsisten.

"Nanti saudara-saudara akan maju. Nanti kapan? Sekarang waktunya," tegas Fadel.

Menurut Fadel, bangsa Indonesia tidak boleh lagi seperti dulu. Indonesia harus naik satu tingkat dari sebelumnya.

Menurut Fadel, Indonesia selama ini bangga dengan prestasi ekspor di berbagai bidang. Padahal kata Fadel bahan ekspor tersebut adalah bahan baku seperti gas dan nikel. Indonesia kata dia, hanya menjadi punyuplai bahan baku dan tidak menjadi negara produsen. Indonesia kata dia hanya menjadi negara impor yang sudah menerima bahan-bahan jadi dari negara luar.

Tidak heran kata Fadel jika negara-negara tujuan ekspor tersebut mobilisasi jam kerja tinggi sehingga ikut menyedot tenaga kerja yang besar.

"Harus distop seperti itu. Saatnya kita bangun pabrik di dalam negeri kita sendiri," kata Fadel.

Fadel juga mengingatkan kepada gubernur Sulteng agar mengajak investor yang masuk di daerah ini untuk membangun pabrik pengolahan, sehingga bahan-bahan baku seperti nikel tidak lagi dibawah ke luar negeri dalam bentuk mentah.

"Saya tadi naik helikopter dari Morowali. Saya lihat di Morowali kekayaan nikelnya begitu banyak, tetapi nikelnya diambil dan dibawah ke luar negeri,"

"Pak gubernur harus distop dengan cara seperti itu. Suruh mereka bangun pabrik di sini. Kalau pabriknya dibangun masyarakat bisa bekerja di sini," kata Fadel.

Mantan gubernur Gorontalo itu mengatakan, kendala yang dihadapi masyarakat selama ini adalah sumber daya. Fadel berharap, agar para pemangku kepentingan membantu masyarakat khususnya masyarakat pesisir untuk memperbaiki sumber dayanya dengan berbagai model pelatihan dan pemberdayaan masyarakat.(*)

(T.A055/E001)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011