bila operasional PLTA terganggu akan berdampak pada kelancaran produksi dan distribusi listrik untuk wilayah tertentu
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VII DPR Mulyanto menyatakan PT PLN (Persero) perlu mengevaluasi kelayakan dan kapasitas keramba jaring apung (KJA) milik warga di Waduk Cirata dan Saguling, Jawa Barat, agar tidak mengganggu operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

"Sebab bila operasional PLTA terganggu akan berdampak pada kelancaran produksi dan distribusi listrik untuk wilayah tertentu. Bila hal tersebut terjadi maka akan merugikan masyarakat luas," kata Mulyanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Ia meminta PLN melibatkan masyarakat bekerja sama dalam menjaga lingkungan dan kualitas air PLTA. PLN dan masyarakat harus memikirkan cara menetralisasi limbah dan endapan pakan KJA agar tidak merusak mesin-mesin pembangkit listrik.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu juga mengingatkan bahwa air yang kurang baik akan membuat mesin cepat berkarat dan berkurang kemampuan kerjanya," jelasnya.

Oleh karena itu, ujar dia, sebelum hal itu terjadi maka PLN harus aktif melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan waduk oleh masyarakat.

Ditambahkannya, PLN dan badan pengelola waduk harus tegas menegakan aturan jumlah KJA yang dibolehkan agar kualitas air waduk bisa terjaga.

Meski begitu, Mulyanto minta PLN mengedepankan pendekatan edukatif untuk membangun partisipasi masyarakat karena di tengah pandemi yang belum usai ini, PLN tetap harus memikirkan dampak ekonomi yang ditimbulkan bila ingin melakukan penertiban KJA di waduk.

Sebelumnya, Dinas Perikanan Peternakan dan Kelautan Cianjur, Jawa Barat, mencatat kematian jutaan ekor ikan di KJA Waduk Cirata, akibat air hujan kiriman dari hulu, sehingga pembudi daya atau petani ikan diimbau mengurangi jumlah bibit ikan guna menutupi kerugian.

Pasalnya, ungkap Kepala UPTD Perikanan Waduk Cirata, Budi Prayatna, saat dihubungi Selasa (5/10/2021), seiring masuknya pergantian musim tepatnya dari September, pihaknya telah mengimbau agar petani japung mengurangi jumlah ikan terutama ikan mas guna meminimalisir kematian.

"Kematian ikan sejak awal September kerap terjadi selain dikarenakan awal musim hujan juga disebabkan air hujan kiriman sungai dari hulu tepatnya di perkotaan. Mungkin petani sudah tidak aneh, mungkin karena air hujan kiriman dari Sungai Cibalagung yang sudah tercemar," katanya.

Dia memperkirakan kejadian tersebut biasanya akan terus terjadi hingga Februari tepat di pertengahan musim hujan, yang mana kejadian ratusan ribu ekor hingga jutaan ekor ikan mati karena keracunan air hujan kiriman.

Saat ini, pihaknya terus mengimbau petani ikan yang ada di Waduk Cirata terkait pengurangan jumlah ternak ikan di awal musim hujan.

"Petugas turun langsung ke tengah danau untuk menyosialisasikan terkait pengurangan jumlah ternak ikan, terutama blok-blok yang dekat dengan Sungai Cibalagung," katanya.

Baca juga: Anggota DPR: PLN perlu lebih aktif bangun pembangkit sendiri
Baca juga: Pemerintah harapkan PLTS Terapung Cirata beroperasi sesuai target
Baca juga: PLTS terapung di Cirata berpotensi kurangi emisi karbon 214 ribu ton

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021