Jakarta (ANTARA) - Keputusan ASEAN yang tidak mengundang junta militer Myanmar merupakan intervensi yang positif sepanjang menyangkut nilai-nilai hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi universal, akademisi Binus University Tirta Mursitama, Selasa.

“Hal ini bisa dimaknai juga sebagai hal yang positif bagi ASEAN bahwa intervensi bisa saja dilakukan sepanjang perlu dan terkait dengan nilai-nilai HAM dan demokrasi universal,” kata Tirta saat dihubungi ANTARA di Jakarta.

Menurut dia, ASEAN mengambil langkah yang berbeda untuk memberikan tekanan kepada pemerintah junta militer Myanmar.

“Artinya, ASEAN berusaha melakukan modifikasi prinsip non-interference persoalan domestik negara-negara ASEAN walau tidak secara drastis,” katanya.

ASEAN memutuskan tidak mengundang junta militer Myanmar dalam KTT tersebut dan memilih untuk mengundang pihak non-politik dari Myanmar karena sejumlah alasan, salah satunya karena junta dinilai tidak berkomitmen pada proses perdamaian di negara itu.

Selain itu, ASEAN juga tidak mendapatkan respon yang baik dari junta militer Myanmar terkait implementasi Konsensus Lima Poin (Five-Point Consensus).

Baca juga: Junta Myanmar tuding utusan PBB bias dan campur tangan

Brunei Darussalam sebagai ketua ASEAN saat ini memutuskan untuk mengundang pihak non-politik Myanmar ke KTT ASEAN yang digelar pada 26-28 Oktober 2021.

Tirta berpendapat bahwa mengundang pihak non-politik Myanmar dampaknya juga tidak terlalu signifikan.

“Ada persoalan legitimasi, apakah yang hadir nanti punya otoritas mewakili Myanmar. Dalam kapasitas apa, bagaimana memilih pihak tersebut. Masih banyak serangkaian pertanyaan yang muncul hingga makin memperumit keadaan dan situasi,” katanya.

Dia juga menekankan perlunya menanamkan nilai-nilai yang harus dipahami oleh negara-negara anggota.

“ASEAN untuk negara-negara ASEAN. Itu poin yang paling penting. ASEAN adalah keluarga besar, apabila ada yang ‘sakit’, maka anggota lain perlu memberikan perhatian. Bila ada yang melanggar aturan, silakan ditegur dan (diminta untuk) disiplin,” katanya.

Terkait upaya untuk menciptakan situasi yang kondusif di kawasan, dia mengatakan cara yang tepat adalah dengan cara ASEAN sendiri.

“Di sinilah uniknya, ASEAN tumbuh dan berakar dalam budaya Asia yang berbeda dengan budaya negara Barat dan negara di kawasan lainnya. Untuk itu, dalam menjaga perdamaian di kawasan ini, yang paling cocok adalah dengan cara ASEAN sendiri,” katanya.

Baca juga: Myanmar janji lebih kooperatif soal rencana perdamaian ASEAN
Baca juga: Myanmar kecam keputusan ASEAN tak undang pemimpin junta ke KTT


Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021