Kediri (ANTARA News) - Lowongan tenaga kesehatan, khususnya perawat, untuk bekerja di luar negeri, cukup melimpah, seperti di Amerika Serikat, Kanada, Australia, hingga Timur Tengah.

"Kami berjejaring dengan beberapa negara dan ada banyak lowongan untuk tenaga kesehatan. Hingga tahun 2015 dibutuhkan tenaga kesehatan sampai satu juta," kata ketua panitia `Pelatihan dan Kompetensi Tenaga Kesehatan untuk Bekerja di Luar Negeri` M Andi Wibawa di Kediri, Jatim, Kamis.

Ia mengatakan, beberapa tenaga kesehatan yang dibutuhkan antara lain "medical social worker", "theraphy occupasi", "fisio theraphy", hingga "steech theraphy". Penempatan tenaga itu di beberapa negara Eropa, Amerika Serikat, hingga Timur Tengah.

Walaupun kesempatan menjadi tenaga kesehatan cukup melimpah di luar negeri, Andi mengaku cukup sulit untuk menembus lowongan itu. Selain calon bersangkutan harus mempunyai keterampilan khusus, mereka juga harus lolos beberapa ujian, di antaranya TOEFL dengan capaian minimal 500.

Namun, kebanyakan sekolah kesehatan seperti perawat di Indonesia tidak memiliki basis pembelajaran yang sesuai untuk tenaga kerja internasional.

Hal itu berdampak lulusan sekolah kesehatan tidak mempunyai keterampilan yang cukup, hingga ia harus ikut kursus jika ingin bekerja ke luar negeri.

"Lulusan sekolah kesehatan pasca-lulus masih harus kursus lagi, sambil belajar mempersiapkan dokumen. Mereka harus kerja ganda untuk bisa bekerja di luar negeri," katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja UPT Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (P3TKI) Jawa Timur, Budi Raharjo, mengatakan selama ini yang dikirim ke luar negeri untuk tenaga kerja masih sektor domestik atau rumah tangga, sedangkan tenaga kesehatan masih minim.

Tahun 2010, jumlah TKI resmi yang dikirimkan ke luar negeri mencapai 83.815 orang. Jumlah itu masih kalah banyak daripada jumlah tenaga kerja kesehatan, karena tahun 2010 hanya mampu menyiapkan 40 orang tenaga kesehatan.

Pihaknya bisa saja mengumumkan informasi lowongan tenaga kesehatan. Tetapi, tidak dapat menjamin karena kualifikasi yang ditetapkan oleh pemerintah di negara tujuan cukup berat, hingga TKI bersangkutan mempunyai keahlian khusus.

"Kami belum berani mengumumkan secara terbuka tenaga kesehatan di luar negeri. Sebelumnya harus ada `job order` dahulu, seperti ke Jepang, hingga ada kejelasan," ucapnya.

Budi juga menyebut, serapan angka kerja tahun 2010 lalu sudah lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun 2009, polanya 7:2:1 yang artinya dari dua lowongan yang ada, diperebutkan tujuh orang, sementara yang sesuai dengan kualifikasi hanya satu orang.

"Untuk tahun 2010, polanya sudah lebih baik 4:2:1. Kami berharap, terus ada perkembangan yang baik, dengan mengirimkan tenaga kerja yang lebih terampil," harap Budi. (*)

(L.KR-SAS*E011/E011)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011