“Di tahun 2015 kita mengalami masa-masa yang sangat sulit, dengan 2,6 juta hektare kebakaran hutan termasuk di gambut. Kalau kita lihat sekarang 229 ribu datanya, itu semua kemajuan-kemajuan bukan hanya di kebakaran hutan, ada penanaman pohon, kreasi kemitraan di konservasi, ada kreasi macam-macam,” ujar Menteri LHK Siti dalam acara Climate Leaders Message yang dipantau virtual dari Jakarta pada Kamis.
Berbagai kreasi dalam bidang lingkungan hidup itu, kata Siti, memperlihatkan perbaikan dan upaya untuk memperbaiki lingkungan dan kehutanan di Indonesia.
Baca juga: Menteri LHK: Generasi muda berperan sebagai agen perubahan lingkungan
Dia juga menyebutkan berbagai macam inisiatif untuk melestarikan lingkungan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perubahan iklim seperti Masyarakat Peduli Api dan Desa Peduli Gambut.
Langkah nyata juga dilakukan oleh Indonesia dengan meratifikasi Perjanjian Paris lewat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim.
“Peristiwa-peristiwa yang terjadi itu bisa kita tarik evolusinya, artinya perubahan secara gradual tapi sistematikanya bisa kita baca, dan ini menjadi sangat penting,” tegas Siti.
Jelang Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-26 (COP26), Siti menjelaskan bahwa di konferensi yang akan diakan di Glasgow, Skotlandia pada November 2021 pihak Indonesia akan mempertegas komitmen dan ambisi untuk mencapai target untuk mencegah kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius.
Baca juga: KLHK kembali raih anugerah KIP sebagai badan publik informatif
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021