Jakarta (ANTARA) - Talenta digital merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul yang kini tengah dinanti dan dikaderisasi oleh pemerintah lewat berbagai banyak program terkhusus oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Mulai dari lapisan paling bawah yaitu masyarakat umum hingga lapisan teratas yaitu para pelajar-pelajar yang terdidik seluruhnya dicoba untuk merasakan dan mendapatkan literasi digital agar program Transformasi Digital yang digaungkan pemerintah bisa terealisasi secepatnya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika bahkan meluncurkan Gerakan Literasi Digital Nasional (GLDN) agar setidaknya masyarakat luas memiliki keterampilan dasar untuk bisa memanfaatkan perkembangan digital termasuk masuk dan berkecimpung dalam industri 4.0.

“Talenta digital akan memberikan kontribusi dalam pengembangan digitalisasi di berbagai sektor sebagai bagian dari upaya melakukan akselerasi transformasi digital di Indonesia,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate pada pertengahan Juli 2021 saat membahas potensi talenta digital Tanah Air yang tengah dikaderisasi.

Tentunya upaya menghasilkan talenta digital yang unggul dan handal menjawab kebutuhan industri 4.0 tidak dilakukan Kementerian Kominfo sendiri.

Ada keterlibatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang menjadi rumah untuk mengurus kurikulum pendidikan generasi muda bangsa menyiapkan mereka menjadi talenta digital.

Baca juga: Kominfo jalin kolaborasi ciptakan talenta digital

Salah satu cara Kemendikbudristek menggalang dan mengkaderisasi talenta digital adalah dengan menyiapkan pendidikan vokasi yang berkualitas lewat SMK.

Perwakilan dari Direktorat SMK Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Pitoyo Nugroho menyebutkan tantangan yang kini dihadapi bukan lagi sekadar untuk menyiapkan siswa SMK menghadirkan perangkat keras teknologi, tapi juga menyiapkan mental mereka sebagai pembuat lapangan pekerjaan dengan berwirausaha.

Untuk menyiapkan talenta digital yang unggul pun Pitoyo menyebutkan ada beberapa program yang dikeluarkan oleh Ditjen Pendidikan Vokasi dengan penyesuaian kebutuhan industri misalnya lewat kebijakan Super Tax Deduction bagi industri.

Selain menguntungkan bagi industri karena mendapatkan potongan pajak, aturan ini berguna bagi para siswa SMK karena mereka dapat langsung mencicipi sensasi dunia kerja namun juga mendapatkan pembelajaran yang nyata sesuai kondisi sesungguhnya.

Ada juga program teaching factory, yang memampukan para masyarakat di Sekolah Vokasi atau SMK untuk bisa mengembangkan unit produksi yang sudah memiliki standar industri.

Lewat metode itu, siswa dapat menguasai keahlian dan keterampilan berdasarkan standar industri yang sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan siswa pun bisa kemudian dipasarkan kepada masyarakat sehingga dari situ para siswa belajar dasar-dasar untuk berwirausaha.

“Ada banyak program yang telah kami hadirkan, termasuk kini kami juga mendesain kurikulum yang mewadahi anak-anak SMK lebih tajam lagi untuk berwirausaha, Termasuk dalam struktur kurikulum itu kita masukan computational thinking. Itu sudah tidak bisa ditunda lagi karena ini sudah masanya serba digital,” ujar Pitoyo dalam konferensi pers virtual menjawab tantangan SMK menghasilkan talenta digital handal bagi industri 4.0 .

Baca juga: Kemendikbudristek dan Microsoft siapkan 1.121 talenta digital

Tak dipungkiri perlu ada masukan juga dari industri yang menjalankan roda besar perekonomian agar talenta- talenta digital yang disiapkan oleh sekolah vokasi bisa sejalan dengan kebutuhan.

Oleh karena itu, Kemendikbudristek pun menyiapkan link and match dengan industri secara langsung lewat kolaborasi langsung dari industri yang masuk ke sekolah- sekolah vokasi.

Lewat kerangka nasional Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Pintoyo menyebutkan bahwa sekolah vokasi bisa secara langsung mendatangi industri atau pun sebaliknya agar bisa bersinergi menyiapkan para generasi muda sebagai SDM digital yang unggul.

“KTSP di SMK itu memungkinkan pengajar dan industri saling menyesuaikan kebutuhan. Lewat kurikulum ini industri bisa melakukan link and match memberikan pembelajaran langsung pada siswa-siswa SMK. Bisa lewat kehadiran guru tamu atau program lainnya,” ujar Pitoyo.

Industri bergerak

Salah satu pelaku industri yang langsung terjun untuk mencari kebutuhan dan mengkaderisasi talenta digital ke sekolah-sekolah vokasi adalah Samsung Electronics Indonesia.

Melalui program rutin bernama “Samsung Innovation Campus”, jenama asal Negeri Ginseng itu melakukan persiapan bagi generasi muda dan pengajarnya untuk dilatih menjadi talenta-talenta digital di sekolah-sekolah vokasi di Indonesia.

Baca juga: Kominfo ajak pemuda tingkatkan kemampuan digital lewat DTS

“Kami percaya fungsi institusi pendidikan itu untuk mempertemukan siswa yang memiliki keingintahuan tinggi dengan guru yang mampu mengampu mereka untuk mengembangkan kompetensinya. Pada SIC kedua ini kami fokus pada kombinasi hardskill dan softskill yang sesuai dengan industri 4.0 lewat pengembangan aplikasi web sebagai platform untuk mengembangkan program atau layanan untuk masyarakat,” ujar Direktur Samsung Research and Development Institute Indonesia (SRIN) Risman Adnan.

Dalam “Samsung Innovation Campus” Batch 2 misalnya terdapat 27 guru yang mendapatkan pelatihan dari SIC memantapkan pedagogik sehingga para guru itu bisa mendampingi dan melanjutkan proses pembelajaran pemrogram serta pengembangan produk secara mandiri bersama siswa-siswanya.

Terpilih 396 siswa dari 13 SMK di Indonesia yang akhirnya mendapatkan pelatihan dasar di bidang pengembangan produk, desain web, hingga pengembangan coding dan web untuk kemudian mereka mendapatkan pelatihan yang lebih intensif lagi.

Pada pelatihan intensif diikutsertakan 13 tim dari enam SMK dengan total jumlah 46 siswa untuk menghasilkan pengembangan produk inovatif yang berkaitan dengan teknologi dan digital.

Hingga akhirnya proses itu berlanjut menghasilkan kompetisi untuk melihat sejauh mana talenta digital yang dididik berkembang dan terdapat 5 tim terbaik dengan 19 siswa dengan penjabaran 1 tim berasal dari SMKN 1 Geger Madiun, 2 tim dari SMKN 1 Cimahi, dan 2 tim dari SMKN 2 Surakarta.

Baca juga: Talenta digital tingkatkan daya saing bangsa

Pada penilaian kompetisi itu terlihat bahwa anak-anak muda yang ikut dalam pelatihan bersama SIC mendapatkan pembelajaran untuk bisa menganalisa kebutuhan masyarakat dan mampu mengidentifikasi masalah yang perlu dipecahkan oleh solusi nyata.

“Tujuan SIC akhirnya didapati untuk meningkatkan dan menyesuaikan dengan kurikulum standar yang ada di sekolah. Sehingga guru dan murid tidak hanya fokus membuat perangkat keras atau memahami tech support tapi juga bisa meningkatkan nilai sosial lewat mengidentifikasi masalah dan mencari solusi nyata,” ujar Risman.

Tentunya dengan link and match di sekolah vokasi seperti SMK seperti yang dilakukan Samsung, secara langsung industri bisa menunjukkan kontribusinya untuk pengembangan kemampuan talenta- talenta digital bagi Indonesia.

Kolaborasi nyata antara dunia pendidikan dan industri untuk semakin mempercepat kehadiran talenta digital yang lebih banyak lagi diharapkan dapat terus bertumbuh.

Hal itu disampaikan kembali oleh Pitoyo yang mewakili Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek dengan harapan pemerintah daerah juga ikut bisa mengembangkan talenta dan industri lokalnya lewat pematangan talenta di SMK.

“Kita berharap sinergi Kementerian, Pemda dan industri dunia kerja bisa terus diselenggarakan intensif. Dengan menjawab menghadirkan solusi kompetensi dan keahlian yang sesuai bagi SMK,” ujar Pitoyo.

Tentunya bagi para generasi muda yang diasah dan masih bisa berkembang pesat lewat SMK diharapkan bisa berperan aktif juga untuk ikut dalam ekosistem kolaborasi pilar-pilar itu sehingga jawaban untuk mendapatkan talenta digital handal sesuai industri 4.0 bisa tercapai maksimal.

Baca juga: Talenta dan infrastruktur percepat transformasi digital

Baca juga: Kominfo tingkatkan talenta digital dengan stimulus


Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021