Tolong kasih tahu saudara-saudara kamu agar jangan sekali-kali menghujat RRT dan suatu saat nanti, tolong kamu cari ya Sze Tu Mei Sen
Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri memuji hubungan bilateral RI-China yang semakin kuat dan mengingatkan pesan ayahandanya agar "jangan sekali-kali menghujat Republik Rakyat Tiongkok (China-red.)".

Pesan ayahandanya yang juga Presiden pertama sekaligus Proklamator Kemerdekaan RI, Bung Karno, itu disampaikan Megawati saat berbicara di acara ""Mengenang Almarhum Bapak Sze Tu Mei Sen" di Jakarta, Senin.

Pesan tersebut, katanya, disampaikan kepadanya oleh ayahandanya saat ditahan di Batutulis, Bogor, setelah terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Megawati mengatakan ketika itu dia tidak tahu apa yang sedang difikirkan ayahandanya namun ada dua pesan yang disampaikan kepada dirinya.

Kedua pesan itu adalah "Tolong kasih tahu saudara-saudara kamu agar jangan sekali-kali menghujat RRT dan suatu saat nanti, tolong kamu cari ya Sze Tu Mei Sen," katanya.

Ketua Umum PDIP itu mengatakan, dia belakangan mengetahui bahwa Mei Sen yang pernah menjadi asisten pribadi Bung Karno dan penerjemah istana di era kepemimpinan ayahandanya itu tinggal di Macau pasca-peristiwa Gestapu 1965.

Ia mengatakan, ia dan suaminya, Taufik Kemas, pernah mengunjungi Sze Tu Mei Sen yang selalu disapanya "om" ini pada 1980-an.

Saat itu, mereka berkesempatan melakukan perjalanan wisata dari Hong Kong ke Beijing dan mampir di rumah Mei Sen di Macau. Pada perjumpaan itu, Megawati mengatakan dia menyampaikan pesan ayahandanya tersebut.

Sebelumnya, Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk Indonesia Zhang Qiyue juga memuji peran dan sumbangsih Sze Tu Mei Sen dalam sejarah hubungan RI-China.

Ia mengatakan, Mei Sen yang pernah menjadi asisten pribadi Bung Karno dan kepala penerjemah istana di era presiden pertama RI itu memberikan sumbangan yang besar dalam sejarah hubungan diplomatik kedua negara baik di masa Orde Lama maupun pemulihan hubungan RI-RRT di PBB tahun 1971.

Selain itu, sekalipun bermukim di Macau sejak Bung Karno memintanya untuk menyelamatkan diri setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965, tokoh Tionghoa kelahiran Sukabumi 12 Agustus 1928 ini dikenal sebagai seorang "diplomat sipil" yang berjasa besar dalam memperkuat hubungan antarrakyat kedua bangsa.

"Sekalipun beliau telah meninggal dunia, apa yang beliau sumbangkan tetap berada di hati rakyat kedua bangsa," katanya.

Dubes Zhang Qiyue mengatakan, dia termasuk di antara banyak orang Tiongkok yang "mengagumi" Sze Tu Mei Sen karena sumbangsihnya yang besar pada penguatan hubungan kedua negara dan bangsa.

Sejak menempati posnya di Jakarta, Dubes Zhang Qiyue mengatakan dia membaca banyak catatan tentang Mei Sen dan dia sempat mengunjunginya di rumahnya di Macau sebelum ajal menjemputnya pada 13 Oktober 2010.

"Ketika itu saya sampaikan perkembangan hubungan kedua negara," katanya. Sebagai cenderamata dan ungkapan terima kasih atas jasanya bagi hubungan kedua negara, Dubes Zhang Qiyue mengatakan, dia memberikan sampul perangko hari pertama peringatan 60 tahun hubungan RI-RRT kepada Mei Sen.

Saat ini, hubungan RI-RRT semakin kuat dengan kerja sama perdagangan yang tumbuh pesat. "China kini merupakan mitra dagang terbesar Indonesia," katanya.

Volume perdagangan bilateral kedua negara pada 2010 mencapai 42,5 miliar dolar AS, kata Dubes Zhang Qiyue.

Hubungan kedua negara dan bangsa akan semakin kuat dalam 10 tahun mendatang yang akan berdampak positif bagi perdamaian di Asia dan dunia, katanya.

Pada acara yang dihadiri putra almarhum, Johnny Sitou, dan mantan Dubes RI untuk RRT, Mayjen (Purn) Sudradjat, itu, beberapa sahabat dekat Sze Tu Mei Sen menyampaikan kesaksian dan pandangan mereka tentang sosok yang wafat di usia 82 tahun ini.

Di antara mereka adalah mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, Pengusaha nasional, Sukamdani Sahid Gitosardjono, Pengusaha nasional, Sunarti, mantan Sekjen Dephut RI Suripto, dan Wartawan ANTARA Andi Jauhari.

Acara yang berlangsung di sebuah hotel berbintang di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, itu diselenggarakan Lembaga Kerja Sama Ekonomi, Sosial dan Budaya Indonesia-China bersama keluarga Mendiang Sze Tu Mei Sen.
(R013*A035/E001)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011