Rabat (ANTARA News) - Rakyat Maroko kebanyakan menyambut janji reformasi total Raja Mohammed VI Kamis, yang diumumkan ketika pemberontakan mengguncang dunia Arab, namun mengatakan mereka ingin bukti kongkritnya.

Prancis dan Spanyol, mantan penjajahnya yang menjadi mitra dagang utama, juga memuji pengumuman raja dalam pidato nasional yang jarang itu Rabu malam, menyebutnya berani dan historis, demikian AFP melaporkan.

Raja menyingkap rencana reformasi konstitusional mencakup perdana menteri yang dipilih oleh rakyat dengan kekuasaan nyata, sebagai ganti yang ditunjuk oleh raja, dalam sebuah pidato kenegaraan untuk pertama kalinya sejak protes pro reformasi bulan lalu.

Dua saluran televisi negara itu menyiarkan kembali sebagian besar ekstrak pidato sepanjang pagi Kamis, disertai komentar-komentar yang kebanyakan positif.

"Pidato yang sangat bagus yang merespon tuntutan banyak rakyat Maroko, terutama kaum muda '20 Februari'... ini merupakan langkah positif," kata pegawai negri Mohammed Oussedri kepada AFP.

Kaum muda mengajak ribuan orang untuk melakukan protes pro demokrasi di sejumlah kota pada 20 Februari, dimana enam orang tewas dalam kerusuhan yang meletus sesudahnya. Mereka menyerukan, melalui Facebook, lebih banyak lagi protes pada 20 Maret.

Raja mengatakan sebuah komisi akan bekerja melakukan revisi konstitusi, membawa proposal yang akan diserahkan kepadanya sebelum Juni. Referendum kemudian akan dilakukan, katanya, tanpa memberikan tanggalnya.

Prancis menyambut baik pidato tersebut sebagai "bertanggungjawab dan berani'.

"Kami yakin bahwa itu adalah sebuah pidato penting bagi Maroko dan bagi seluruh wilayah, khususnya dalam konteks sekarang ini," kata juru bicara kementerian luar negeri Bernard  Valero.

"Pengumuman terkait keadilan, hak-hak kaum wanita, pluralisme, identitas Maroko dan pengistilahan bagi regionalisasi semuanya signifikan dan menjadi teladan," katanya.

Menteri luar negeri Spanyol Juan Antonio Yanez-Barnuevo menyebutnya pidato bersejarah yang tampak memiliki "cakupan signifikan".

Protes-protes di Maroko dan Aljazair dalam minggu-minggu belakangan berbeda dari protes-protes di negara-negara lain yang dilanda demonstrasi dimana mereka menginginkan reformasi yang telah berjalan selama bertahun-tahun agar "diperdalam dan diintensifkan," katanya.

Di Rabat manajer Naima Glaf mengatakan kepada AFP dia mengharapkan pengumuman tersebut akan dengan seksama memeriksa konstitusi.

"Kami ingin sebuah konstitusi yang lepas dari konstitusi yang kami miliki sekarang, pemisahan kekuasaan nyata dan seorang perdana menteri yang lebih kuat yang dapat diminta pertanggungjawabannya," katanya.

Seorang mahasiswa berusia 22 tahun yang hanya menyebutkan namanya Rachid mengatakan dia ingin lebih banyak dalam pidato tersebut.

"Saya pikir dia tidak menyebut reformasi kongkrit seperti pemberantasan korupsi di lingkaran kekuasaan, ketidakadilan sosial, dan ketidakadilan akses jabatan pemerintahan, yang dimonopoli oleh keluarga-keluarga tertentu," katanya.

Raja Mohammed, yang memiliki kekuasaan luas termasuk atas pemerintah, angkatan darat dan Mahkamah Agung, menggarisbawahi Rabu "komitmen tegas akan memberikan dorongan kuat bagi kelangsungan reformasi dinamis dan mendalam."

Dia menjabarkan tujuh langkah penting, termasuk cara perdana menteri dipilih.

Mengganti pilihan raja, perdana menteri akan ditarik dari partai politik yang unggul dalam pemilihan di parlemen, katanya.

Perdana menteri akan memiliki "kekuasaan eksekutif efektif" dan "sepenuhnya bertanggungjawab atas pemerintahan, penyelenggaraan publik... dan pengimplementasian program pemerintah," katanya.

Dia juga menjanjikan "kebebasan individu dan kolektif dan penegakkan hak hak asasi manusia di segala dimensi" dan berbicara tentang "kemauan untuk membentuk pengadilan independen."

Pemimpin oposisi Partai Keadilan dan Pembangunan Islam (PJD) Abdelilah Benkirane mengatakan Rabu malam bahwa Mohammed telah "bereaksi secara positif terhadap tuntutan-tuntutan partai-partai dan kaum muda".

"Kami hampir tercengang," katanya. (ANT/K004)

Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011