Inflasi selama pandemi COVID-19 pada 2020-2021 masih di bawah kondisi normal
Jakarta (ANTARA) - Kenaikan harga tiket pesawat udara mendorong inflasi di Ibu Kota pada Oktober 2021 mencapai 0,08 persen, setelah pada September 2021 mengalami deflasi minus 0,06 persen.

"Inflasi selama pandemi COVID-19 pada 2020-2021 masih di bawah kondisi normal," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta Buyung Airlangga di Jakarta, Senin.

BPS DKI mencatat penyumbang utama inflasi pada Oktober 2021 paling besar dari sektor angkutan udara sebesar 0,04 persen, kemudian minyak goreng dan cabai merah masing-masing sebesar 0,02 persen.

Kenaikan harga tiket pesawat udara itu seiring pelonggaran dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level dua di Jakarta.

Sementara itu, perkembangan rata-rata harga bahan pokok pada Oktober jika dibandingkan pada September 2021 untuk komoditas cabai dan minyak goreng memang paling mencolok.

Baca juga: Pengamat: Pelonggaran non esensial bakal dongkrak daya beli di DKI

Untuk cabai merah pada September rata-rata harganya mencapai Rp34.834 per kilogram kemudian naik 9,20 persen mencapai Rp38.039 pada Oktober 2021.

Begitu juga harga cabai hijau juga mengalami kenaikan dari Rp27.358 per kilogram pada September menjadi Rp28.387 per kilogram pada Oktober 2021.

Sedangkan harga minyak goreng dari Rp16.851 per liter menjadi Rp17.344 per liter atau naik 2,93 persen pada Oktober 2021.

Sementara itu, perkembangan inflasi selama tahun berjalan yakni Januari-Oktober 2021 atau "year to date" (ytd) mencapai 0,67 persen dan jika dibandingkan Oktober 2020 (year to year/yoy) mencapai 1,20 persen.

Secara tahunan pada 2020 inflasi mencapai 1,58 persen dan pada 2019 mencapai 3,11 persen.

Baca juga: Mendongkrak daya beli warga Jakarta di masa pandemi

"Inflasi hingga 2021 masih di bawah 2019 dan saat itu perekonomian masih relatif normal," ucapnya.

Tak hanya di Jakarta, perkembangan inflasi pada Oktober 2021 juga hampir sama untuk kota penyangga di antaranya di Bekasi mencapai 0,05 persen, Depok 0,15 persen dan Bogor 0,08 persen.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021