SKK Migas juga menggunakan Integrated Operation Center (IOC) sebagai alat pengawasan dan koordinasi operasi kegiatan hulu minyak dan gas bumi
Jakarta (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyiapkan sejumlah langkah antisipasi untuk menghadapi fenomena alam La Nina dan cuaca ekstrem agar tidak mengganggu produksi minyak dan gas bumi di Indonesia.

"Kami membuat surat edaran terkait antisipasi kegiatan operasional dengan adanya perubahan cuaca terutama di akhir tahun," kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Rinto Pudyantoro di Jakarta, Senin.

Rinto menjelaskan pihaknya berkoordinasi dan menyiapkan kapal tanker lifting yang cukup agar datang waktu atau lebih awal ke terminal lifting untuk mendukung kegiatan operasional penyaluran minyak dan gas bumi.

Selain itu, SKK Migas juga menyiapkan material dan logistik, serta peralatan penunjang untuk kegiatan pengeboran, proyek, produksi, pemeliharaan, dan lifting lebih awal yang dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

"Melihat dan evaluasi kegiatan pemeliharaan KKKS yang mungkin dapat disesuaikan ke tahun depan atau akselerasi kegiatan lebih awal," ujar Rinto.

SKK Migas juga menggunakan Integrated Operation Center (IOC) sebagai alat pengawasan dan koordinasi operasi kegiatan hulu minyak dan gas bumi.

IOC merupakan sebuah sistem yang dapat melakukan day to day monitoring operation secara real time dan in time, sehingga memudahkan SKK Migas mendapatkan akses data KKKS operator dan pelaksanaan pengelolaan kegiatan di wilayah operasi KKKS.

Apabila ada permasalahan yang memerlukan respons cepat, SKK Migas juga menyiapkan opsi mitigasi dukungan operasi dari KKKS terdekat.

Rinto menyampaikan bahwa beberapa langkah tersebut adalah upaya SKK Migas dalam menjamin kelancaran dan kelangsungan produksi dan lifting migas seiring adanya perubahan cuaca ekstrem dan badai La Nina.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berhasil memonitor terjadinya pendinginan suhu muka air laut di Samudera Pasifik pada awal Oktober 2021.

Menurut BMKG, pendinginan suhu muka air laut itu mencapai minus 0,61 yang mengindikasikan terjadinya La Nina. Fenomena La Nina diprediksi terjadi akhir 2021 hingga awal 2022 yang dapat menyebabkan cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi.

Baca juga: SKK Migas: 12 proyek migas rampung per September 2021
Baca juga: SKK Migas proyeksikan bor 538 sumur, terbesar dalam lima tahun
Baca juga: SKK Migas-KKKS beri bantuan sembako warga Kepri terdampak COVID-19

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021