Maros (ANTARA) - Bertempat di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Southeast Asian Ministers of Education Organization – Regional Center of Food and Nutririon (SEAMEO RECFON) bekerja sama dengan US Soybean Export Council (USSEC) dan Poltekkes Kemenkes Makassar mengadakan Lokakarya Pembuatan Menu Pangan Lokal Tinggi Protein. Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan rangkaian kampanye Protein Lokal di 3 provinsi di Indonesia: Sumatera Utara, Jambi, dan Sulawesi Selatan yang telah bergulir sejak September 2021 yang lalu.

Kegiatan kali ini dibuka oleh Bupati Kabupaten Maros, H.A.S. Chaidir Syam, S.IP., M.H. yang mengapresiasi diadakannya lokakarya sebagai bagian dari upaya pengentasan stunting di wilayahnya dan juga upaya mengangkat kembali derajat makanan lokal di masyarakat. “Biasanya kita malah lebih senang makanan impor, junk-food yang sudah mahal, sedikit, tidak sehat cuma kemudian untuk ditaruh di Instagram.” candanya.

Hal senada dikemukakan Direktur Poltekkes Makassar, Ir. Agustian Ipa, M.Kes, “Pandemi ini sebenarnya membawa berkah, karena makanan lokal menjadi terkenal kembali di antara masyarakat.”

Baik Bupati Syam maupun Bapak Ir. Ipa berharap para peserta dapat belajar banyak cara pengolahan pangan lokal, terutama yang mengandung protein tinggi dalam lokakarya ini. Bupati Syam juga berpesan agar hasil karya peserta nantinya, walau berbahan dasar tempe, bisa juga diunggah ke media sosial, sehingga beliau bisa memantau hasilnya.

Selanjutnya para peserta mendapatkan pencerahan dari 2 orang narasumber dari Poltekkes Makassar. Dalam paparannya mengenai masalah gizi rumah tangga dan peran pangan lokal, Manjilala, S.Gz, M.Gizi mengatakan “Dulu ada putra daerah Maros yang kuliah di luar negeri dan membuat biskuit berbahan lokal dari Maros, namun sampai sekarang belum ada usaha pembuatan pangan tersebut di sini. Padahal pengembangan pangan lokal berpotensi membantu upaya ekonomi lokal.”

Dari pemateri kedua, Chaerrunimah, SKM., M.Kes., membagikan berbagai tips praktis dan efektif dalam pengolahan pangan di lingkup rumah tangga, terutama protein. “Dalam menyiapkan dan mengolah makanan untuk sehari, kita harus perhatikan jumlah yang dapat dimakan keluarga dalam sehari, jangan terlalu banyak tersisa. Sisa makanan yang kemudian dipanaskan dan dimakan keesokan harinya nilai gizinya akan berkurang,” ungkap Chaerrunimah ketika menjawab pertanyaan dari salah satu peserta pada sesi tanya jawab.

Acara lokakarya diakhiri dengan praktik memasak berbahan dasar tempe. Kurang lebih 100 peserta yang terdiri dari anggota PKK, pendidik PAUD, dan kader posyandu berkreasi membuat resep modifikasi makanan khas Sulawesi Selatan: Coto Tempe. Pemenang lomba kreasi pangan protein lokal di kabupaten Maros ini akan diumumkan bersama dengan pemenang dari kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Simalungun pada acara puncak webinar Kampanye Protein Lokal 4 November 2021 mendatang.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2021