Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya mempercepat pemerataan dokter onkologi di Indonesia dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.

"Ada strategi yang dicanangkan Kementerian Kesehatan untuk pemerataan kapasitas tenaga medis, terutama dokter onkologi, memanfaatkan teknologi digital layanan kesehatan," kata Sub Koordinator Evaluasi RS Pendidikan Kementerian Kesehatan, dr. Wiwi Ambarwati, dalam webinar, Selasa.

Baca juga: Wajah anak pucat? Waspadai thalassemia

Wiwi menjelaskan, strategi tersebut meliputi perluasan layanan telemedisin, penerapan aplikasi rekam medis elektronik di mana data-data individual yang terkumpul bisa dianalisis untuk kebutuhan di sektor pelayanan, kemudian persiapan membuat regulasi tentang digitalisasi layanan kesehatan.

Pendirian Digital Transformation Office juga merupakan komitmen dari Kementerian Kesehatan dalam menjembatani akses layanan kesehatan agar semakin mudah dijangkau masyarakat.

Dia mengemukakan, Digital Transformation Office memiliki program utama berupa data kesehatan berbasis individual, setiap orang di Indonesia nantinya bisa mendapatkan akses jejak rekam medisnya sejak lahir. Catatan medis ini nantinya juga terintegrasi sehingga bisa dianalisa untuk kebutuhan pelayanan kesehatan, seperti sumber daya manusia apa yang dibutuhkan hingga pengembangan sarana prasarana.

Baca juga: Persatuan ahli onkologi minta pasien kanker dapat divaksinasi COVID-19

Program lainnya adalah penyederhanaan layanan kesehatan. Jumlah sistem dikurangi lewat harmonisasi dan digital proses bisnis, sehingga tenaga kesehatan bisa fokus memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat secara optimal.

Kementerian Kesehatan juga tengah mengembangkan telemedisin yang memberi fasilitas untuk tenaga kesehatan yang ingin berkonsultasi dengan rumah sakit di tingkat yang lebih luas.

"Dari Puskesmas bisa konsultasi ke RS di kabupaten untuk tele EKG, kalau tidak bisa baca USG dan konsultasi sejenis," dia mencontohkan.

Saat ini terdapat 217 dokter bedah onkologi di Indonesia yang tersebar hanya di 28 provinsi. Masih ada enam provinsi yang tidak memiliki ahli bedah onkologi. Sementara dokter spesialis hematologi onkologi medik berjumlah 139 orang, dokter spesialis onkologi radiasi berjumlah 118 dokter.

"Saat ini kondisinya SDM kesehatan memang jumlahnya berkurang, itu yang jadi tantangan utama," kata Wiwi.


Baca juga: Mengenal tiga pengobatan yang umum untuk kanker

Baca juga: AHY sampaikan terima kasih atas simpati dan doa terhadap kesehatan SBY

Baca juga: Kendalikan stres bisa bantu cegah kanker payudara

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021