Jakarta (ANTARA) - Microsoft pada Selasa, (2/11) waktu setempat, mengumumkan putaran teknologi baru yang bertujuan membuat layanan cloud bekerja di pusat data institusi atau perusahaan lain, termasuk para pesaingnya.

Eksekutif dan analis Microsoft mengatakan, strategi tersebut menjadi kunci kenaikan perusahaan di pasar infrastruktur cloud, yang diperkirakan mencapai 64,3 miliar dolar AS atau setara Rp918 triliun menurut riset Gartner, dikutip dari Reuters, Rabu.

Angka tersebut membuat Microsoft berada di urutan kedua setelah Amazon.

Baca juga: Microsoft izinkan Epic Games dan Amazon integrasikan toko aplikasi

Pekan lalu, Microsoft mengatakan bahwa pendapatan dari Azure tumbuh 48 persen sehingga perusahaan berhasil menyalip Apple.

Kepala cloud dan kecerdasan buatan Microsoft Scott Guthrie mengatakan, langkah tersebut juga merupakan upaya untuk membujuk beberapa pelanggan agar tetap dapat menggunakan layanan perusahaan meskipun tidak bisa menggunakan pusat data Microsoft.

Royal Bank of Canada misalnya, harus menghadapi persyaratan hukum untuk menjaga beberapa pekerjaan komputasi di pusat datanya sendiri dan menggunakan Azure Arc untuk menghubungkan fasilitas tersebut ke cloud Microsoft.

"Kebebasan bergerak itu membuat pelanggan merasa jauh lebih nyaman saat menggunakan layanan tersebut," kata Guthrie.

Sementara itu, wakil presiden analis terkemuka Ed Anderson mengatakan pendekatan tersebut membuka pintu bagi Microsoft dan pelanggan, namun juga memaksa perusahaan untuk bersaing pada kualitas layanan perangkat lunaknya.

Baca juga: Sega - Microsoft eksplorasi penggunaan "cloud" untuk game

Baca juga: Microsoft geser Apple sebagai perusahaan paling berharga di dunia

Baca juga: Microsoft tutup LinkedIn di China

Penerjemah: Suci Nurhaliza
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021