Ambon (ANTARA News) - Kehadiran 21 pemain keturunan Indonesia-Belanda yang tergabung dalam tim "The Jong Indonesia" di Ambon, dapat mengobati kerinduan masyarakat Maluku kepada saudara-saudaranya di negeri Kincir Angin itu.

"Kehadiran 21 pemain Belanda yang semuanya berketurunan Maluku saat ini akan mengobati kerinduan masyarakat Maluku terhadap saudara-saudaranya yang telah puluhan tahun bermikum di Belanda," ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Maluku, Salim Kairotty, saat bertemu dengan 21 Keturunan Indonesia-belanda di Ambon, Senin.

Kehadiran 21 pemain yang telah merumput di kompetisi Eropa itu tanpa disertai mantan kapten Timnas Negeri Kincir Angin di Piala Dunia 2010. lalu, Geovanni van Bronckhorst.

"Orang Ambon dari dahulu sangat mengidolakan tim sepak bola Belanda dalam berbagai kompetisi internasional yang diikuti, apalagi terdapat pemain keturunan Maluku yang turut terlibat memperkuat tim Belanda," katanya.

Saat Piala Dunia 2010 lalu, masyarakat Maluku benar-benar bereforia dan mengharapkan akan kemenangan tim Belanda yang dikapteni Geovanni van Bronckhorst.

Sementara itu, Pimpinan tim Belanda, Sam Pormes, menegaskan, kedatangan 21 pemain yang semuanya keturunan Maluku itu di Ambon, sekaligus menjawab kerinduan mereka untuk melihat tanah kelahiran orang tuanya.

"Sejak berangkat dari Belanda seluruh pemain sebenarnya sudah tidak sabar untuk segera tiba di Ambon, bertemu dengan sanak saudara serta menikmati keindahan tanah leluhurnya," ujarnya.

Dia menegaskan, seluruh pemain yang datang untuk mengikuti program "Indonesia Tanah Air Beta" itu, merupakan keturunan ketiga dari warga Maluku yang telah bermukim di Belanda sejak 60 tahun terakhir.

"Bulan Maret ini sangat bersejarah bagi seluruh warga Belanda keturunan Maluku, karena pada bulan yang sama 60 tahun lalu mereka melepaskan statusnya sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) dan menjadi warga Belanda," katanya.

Sam Pormes menambahkan, kedatangan 21 pemain keturunan Maluku tanpa Geovanni van Bronckhorst, untuk menunjukkan penghormatan kepada pemerintah dan seluruh masyarakat Maluku dapat membangun kembali daerah ini dari kehancuran akibat konflik sosial masa lalu.

"Ini bentuk balas budi kami kepada pemerintah dan masyarakat yang mampu bangkit dari keterpurukan dan membangun kembali rasa persaudaraan yang kuat. Saat ini kami hanya bisa membalas budi baik pemprov dan masyarakat dengan memberikan pendidikan sepak bola," tandasnya.

21 pemain keturanan itu yakni Steven Steegh (Borussia Monchengladbach), Jermayel Maruanaja (Fortuna Sittard), Tjemu Kunu (MVV Maastricht), Joas Siahaija (MVV Maastricht), Yoram Pesulima (Vitesse Arnhem), Gino Taihuttu (Fortuna Sittard), David Magee (FC Utrecht), Jocky Hooijmans (FC Den Bosch), Nijgel Senen (RKC Waalwijk).

Benju Nunumete (VVV Venlo), Mahiri Sabandar (NEC Nijmegen), Sagall Hertog (Top Oss), Martinus Titaley (Fortuna Sittard), Nicky Munz (PSV Eindhoven), Michel van Veen (Fortuna Sittard/KRG Genk), Allesio Franciscus (Fortuna Sittard), Timmy Hattu (VVV Venlo) dan Didi Taihuttu (Fortuna Sittard) dan didampingi pelatih Johnny Taihuttu (pelatih), Max Hattu (Asisten Pelatih).

Selama di Ambon 13-17 Maret, 21 pemain itu akan melakukan serangkaian kegiatan, diantaranya pelatihan pada pemain muda, pertandingan persahabatan, workshop pada pelatih lokal, serta mendukung pemecahan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) menggiring bola bersama 5.000 warga Ambon.

Mereka juga akan mengunjungi objek wisata bahari Pulau Pombo, dan menginap di hotel Aston di kawasan pantai Natsepa, desa Suli, Pulau Ambon serta juga melakukan silaturahmi dengan sanak keluarga.
(ANT/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011