Perenang Marinus Melianus Yowei (tengah) membawa obor Peparnas XVI Papua di halaman Gedung Negara, Jayapura, Papua, Kamis (4/11/2021). . ANTARA FOTO/Indrayadi TH/hp. (Antara Foto/Indrayadi TH)


Kesetaraan dan empati

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "sehati" adalah bersatu hati atau seia sekata atau harmoni. Dan harmoni membutuhkan sejumlah syarat pasti yang di antara yang paling pasti adalah kesetaraan dan empati.

Kesetaraan ini pula yang berulang kali ditegaskan para pemangku kepentingan yang berkaitan langsung dengan hajat Peparnas termasuk pemerintah ketika Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali berkirar bahwa Peparnas Papua akan difasilitasi sama dengan PON Papua bulan lalu yang juga diadakan di Bumi Cenderawasih.

Zainudin bahkan meminta media massa memberikan porsi liputan yang sama seperti pernah terjadi pada PON Papua lalu karena menurut dia, dan bagian besar masyarakat bangsa ini yang meninggikan kesetaraan, prestasi atlet paralimpide ini sama pentingnya dengan atlet-atlet yang beroleh prestasi dari PON Papua silam.

Tak cuma di situ, pemerintah sampai menginginkan bonus untuk atlet-atlet difabel sama dengan bonus yang sudah diberikan atau sudah dijanjikan kepada atlet-atlet PON, karena, meminjam kalimat Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga pada Kementerian Pemuda dan Olahraga, Chandra Bakti, "upaya yang dilakukan atlet disabilitas ini juga sama, keluar keringatnya sama, pembinaannya sama."

Oleh karena itu, Peparnas Papua adalah momentum untuk menciptakan panggung kesetaraan bagi kaum difabel, selain menyimbolkan cara bangsa ini berempati kepada sesamanya.

Baca juga: Api sudah dinyalakan lewat prosesi adat, Kirab Obor Papernas mulai

Ajang ini adalah memang mandala dalam mana atlet-atlet difabel unjuk kemampuan mencetak prestasi dan pencapaian tertinggi demi meninggikan kesetaraan itu, dan juga daerah dan bangsanya.

Tetapi Peparnas Papua juga merupakan cara bangsa ini memuliakan kesetaraan demi meninggikan masyarakat inklusif yang tidak melihat seperti apa fisik mereka, dari mana mereka datang, keyakinan apa yang mereka anut, pandangan politik apa yang mereka peluk, dari suku mana mereka berasal, dan tradisi apa yang mereka pegang erat.

Ini adalah ajang di mana masyarakat bangsa ini tidak kendur memajukan kesetaraan yang penting sekali dalam kerangka menciptakan masyarakat inklusif di tengah masyarakat majemuk yang terus diganggu oleh segelintir manusia egoistis nan super-sektarian yang tak henti memercikkan bara api perpecahan untuk memusnahkan atmosfer inklusif demi utopia masyarakat eksklusif yang mustahil terwujud dalam era modern ini.

Untuk itu, Peparnas Papua 2021 adalah cahaya untuk kesetaraan, sehingga tidak salah jika Peparnas ini dibuka oleh seremoni yang mengusung tema cahaya, tepatnya "Cahaya kemenangan dari timur Papua".

Tema ini merepresentasikan peran dan kedudukan Papua yang menyinari dan menyemangati Nusantara, bahkan dunia, yang diharapkan mendorong atlet difabel terus berjuang dengan hati yang terang dan menjunjung tinggi-tinggi sportivitas selama berkompetisi guna merengkuh pencapaian paling tinggi, baik itu medali maupun rekor.

Manakala semua itu tercapai, dan apalagi jika semuanya ditempuh dengan cara-cara layak seperti disebut Jendi Pangabean dan bermartabat, maka niscaya kesetaraan pun makin kuat yang akhirnya makin merekatkan sebuah masyarakat inklusif sehingga bangsa ini kian rapat bersatu dalam harmoni.

Baca juga: Mengenal maskot Peparnas Papua Hara dan Wara
Baca juga: Menutup Oktober penuh warna, menyongsong November penuh asa


 

Copyright © ANTARA 2021