Pemeran "Gensan Punch" di Festival Film Internasional Tokyo 2021 (HO/TIFF 2021)



T: Bagaimana awalnya Anda bertemu sutradara Brillante Mendoza dan akhirnya bekerjasama?

J: Saya berbincang dengan (sutradara) Eric Khoo dari Singapura (Shogen pernah bermain dalam film "Ramen Shop" arahan Eric) tentang proyek ini, Eric bilang Brillante akan jadi sutradara terbaik. Saya dan produser Taka (Takahiro Yamashita) setuju. Jadi kami ke Busan dan bertemu dengan Brillante. Di Busan, ada Malam Filipina, di situ kami bertemu pertama kali. Dia juga pernah menjadi kepala juri di Festival Film Internasional Tokyo, kami bertemu di sini (Tokyo), dan saya berusaha meyakinkannya. Lalu kami ke Filipina untuk bertemu lagi dengannya. Jadi kami terus berusaha hingga dia mengiyakan.

T: Dalam produksi Gensan Punch, bagaimana rasanya bekerja dengan Mendoza, adakah tantangannya? Sulit atau mudah?

J: Tidak gampang juga sih, tapi sebagai aktor sih mudah bekerja dengan kru Filipina. Brillante dan timnya yakin padaku. Mereka mendukungku 100 persen, saya juga mempercayainya. Itu produksi yang ideal di karier saya. Itu yang terbaik untuk saya. Saya tak akan melupakannya.

Baca juga: Film "Belfast" raih penghargaan People's Choice di TIFF
 
Adegan dalam film "Gensan Punch" (HO/TIFF 2021)



T: Sebagai pemeran utama, bagaimana film ini menginspirasimu?

J: Brillante punya ciri khas, dia tidak memberikan skenario untuk aktor. Dia bilang, jadilah karaktermu dan bersikap spontan serta realistis. Tak usah mencoba macam-macam. Itu arahan sederhana tapi sangat sukar dilakukan. Saya percaya padanya, dan dia percaya pada karakter saya. Saya kira itu salah satu hal paling penting dalam berakting.

T: Jadi Anda selalu mendalami karakter selama di lokasi syuting?

J: Sepanjang waktu. Tidak ada on dan off.

T: Jadi tidak ada gladi resik dan reading?

J: Tidak ada gladi resik. Kami hanya diberitahu apa yang harus kami lakukan. Untuk adegan tersulit, saya enggak mau kasih bocoran spoiler, tapi kalau kamu sudah nonton pasti paham yang saya maksud. Ada adegan saya harus menghadapi ayah, maksudku pelatih. Adegan itu yang paling sulit. Karena di adegan itu saya harus menghadapi seorang figur ayah, karena hubungan antara saya dan pelatih seperti ayah-anak. Itu sangat menantang. Saya harus menggali perasaan seperti menghadapi ayah sendiri, menyelami perasaan dan menghadapi masa lalu dengan ayah saya sendiri.


Baca juga: "YUNI" raih Platform Prize di Festival Film Internasional Toronto 2021

Baca juga: Digelar luring, TIFF laporkan kasus positif COVID-19

Baca juga: Sinopsis film TIFF dan Festival Venice yang tayang September

 

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021