Adegan dalam film "Gensan Punch" (HO/TIFF 2021)


T: Semua adegan bertinju dilakukan sendiri?

J: Iya, semuanya. Jujur, kemampuan tinju saya sekarang jauh lebih baik (tersenyum). Pokoknya saya mengerahkan semua kemampuan saat syuting. Kalau boleh jujur, sebenarnya rasanya seram sih. Biasanya adegan seperti itu kan ada koreografinya, tapi gaya sutradara Mendoza tidak seperti itu. Kami diarahkan langsung bertinju saja di ring. (Sutradara bilang) Jangan terlalu kencang (pukulannya), pokoknya bertinju saja, yah itulah gayanya (saat membuat film). Saya betulan merasa ngeri awalnya. Tapi saya merasa "tinggi" (adrenalin) berkat teriakan dan sorakan dari penonton. Mendengarnya membuat saya sangat bersemangat, saya pikir, 'oh itu mungkin alasan para petinju ini bertanding di ring'. Itu yang saya rasakan pertama kali.

T: Seperti apa syuting untuk adegan kaki palsu?

J: Saya pakai gips sepanjang waktu di kaki. Saya juga pakai tutup botol kecil, taruh di bawah telapak kaki, saya berusaha berpikir kalau saya memakai kaki palsu. Tapi zaman sekarang sebetulnya tidak terlalu kelihatan bedanya sih berjalan dengan kaki palsu.

T: Karakter ini bukan cuma petinju tapi difabel, bagaimana persiapan Anda untuk mendalami karakter ini?

J: Saya tidak bisa mempersiapkan diri karena tidak punya skenario. Tapi, pertama saya tanya Nao, apa kesulitan yang dia rasakan, bagaimana pakai kaki palsu. Saya juga bertanya pada penyandang disabilitas lain. Saya bertemu dua orang lain yang memakai kaki palsu, saya juga cari riset sendiri. Seorang perempuan (yang membantu saya soal kaki palsu) mengirimkan video saat syuting, mendemonstrasikan bagaimana cara berjalan, cara turun tangga dan macam-macam lainnya, saya sangat mengapresiasi bantuannya. Saat saya bertarung, saya harus menempelkan plester di pergelangan kaki kanan, jadi rasanya tidak leluasa, tapi saya berusaha tidak memikirkannya. Sulit untuk bertinju dengan kaki seperti itu.


Baca juga: Bincang-bincang bersama sutradara Jepang Mayu Nakamura (bagian 1)

Baca juga: Bincang-bincang bersama sutradara Jepang Mayu Nakamura (bagian 2)

 

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021