Larangan, yang akan segera berlaku, mencakup makanan dari Fukushima, lokasi PLTN berada, dan empat wilayah lain di dekatnya, kata Wang Jet-chau, seorang juru bicara departemen kesehatan.
"Kami akan terus memonitor situasi di Jepang dan mungkin memperpanjang larangan jika semakin memburuk," katanya.
Sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir di Prefektur Fukushima Jepang kritis karena rusak dalam gempa bumi dan tsunami 11 Maret.
Langkah itu dilakukan setelah pemerintah pada Kamis menditeksi partikel radioaktif pada kerang yang diimpor dari Jepang. Sebelumnya, pada pengiriman kacang fava Jepang juga telah ditemukan sedikit terkontaminasi.
Para pejabat Taiwan meyakinkan publik bahwa radiasi yang ditemukan pada kedua pengiriman itu masih dalam batas aman namun produk tercemar akan dihancurkan.
Banyak restoran Jepang dan supermarket di pulau itu telah memasang pemberitahuan menekankan bahwa produk mereka diimpor sebelum gempa dan aman untuk makan.
Jaringan supermarket Matsusei pada Jumat memulai promosi khusus yang direncanakan sebelumnya, mie instan dan barang kering lainnya dari Jepang, mengatakan pihaknya mengantisipasi permintaan yang kuat.
"Penjualan sementara berkurang ketika berita makanan tercemar keluar tapi mereka datang kembali segera karena pelanggan ingin stok produk Jepang tetap ada," kata perusahaan khusus Cohen Tang.
Taiwan mengikuti Rusia, Australia, Singapura, Amerika Serikat dan negara lainnya dalam membatasi impor makanan dari Jepang di tengah meningkatnya kekhawatiran atas keamanan makanan.
Kecemasan ini diperparah oleh pernyataan pemerintah Tokyo pada Rabu bahwa yodium radioaktif dalam air minum lebih dari dua kali tingkat yang dianggap aman untuk bayi, meskipun masih dalam batas yang aman untuk orang dewasa.
Pemerintah Jepang juga telah menghentikan pengiriman susu dan sayuran dari Fukushima dan tiga prefektur sebelahnya, dan meningkatkan pemantauan radiasi di enam wilayah lainnya, yang meliputi wilayah yang berbatasan dengan Tokyo.
Awal pekan ini, Taiwan memulai uji radiasi pada surat dan paket dari Jepang sementara sejauh ini tidak ada yang ditemukan telah terkontaminasi. (A026/M012/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011