"Tentara sering hidup dalam tempat tertutup bersama-sama (barak) dan dalam proses latihan juga sering terluka, hal-hal seperti itu bisa menyebabkan penularan virus hepatitis C,"
Ambon (ANTARA) - Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Maluku menyebut dari segi pekerjaan, tentara berisiko tinggi terhadap penularan infeksi virus hepatitis C (HCV) karena penggunaan barang secara bersama saat tinggal di barak, dan sering terluka saat latihan.

"Tentara sering hidup dalam tempat tertutup bersama-sama (barak) dan dalam proses latihan juga sering terluka, hal-hal seperti itu bisa menyebabkan penularan virus hepatitis C," kata Ketua KPA Provinsi Maluku dr Sri Anantha Widya di Ambon, Kamis.

Ia mengatakan hampir sama dengan hepatitis B, penyebaran hepatitis C juga melalui kontak cairan tubuh dan hubungan seksual, tapi sebagian besar ditularkan melalui transfusi darah atau jarum suntik yang terkontaminasi HCV.

HVC secara genetik sangat variatif dan memiliki angka mutasi yang tinggi sehingga memungkinkan generasi virus yang beraneka ragam, sehingga belum ada vaksin yang berhasil dibuat untuk mencegah infeksi hepatitis C.

Tentara, kata dr Sri, merupakan satu dari beberapa kelompok berisiko tinggi terinfeksi HCV karena ada kemungkinan untuk penggunaan barang secara bersama-sama saat tinggal di barak, seperti alat cukur, gunting kuku maupun sikat gigi.

Selain itu, HVC yang bisa menginfeksi melalui darah juga bisa menular kepada anggota tentara yang terluka saat latihan, apabila lukanya tidak dibersihkan dengan hati-hati dan ditutup perban atau plester bersih.

"Jangan menggunakan barang seperti alat cukur, gunting kuku dan sikat gigi bersama orang lain. Gunakan sarung tangan apabila harus membersihkan barang orang lain yang mengandung cairan infeksius seperti perban bekas atau tampon," ujar dr Sri.

Dikatakannya lagi, gejala umum hepatitis C adalah flu, kelelahan, mual, muntah dan kadang-kadang penyakit kuning. Sebanyak 80 persen penderita hepatitis C mengalami infeksi jangka panjang, dan sebagian besar penderita tidak tahu mereka terinfeksi HCV tanpa melalui tes medis rutin atau hingga terjadi kerusakan fungsi hati.

Selain anggota tentara, kelompok yang disarankan untuk melakukan skrining hepatitis C adalah pengguna obat-obat terlarang suntik maupun hirup, individu dengan hasil fungsi hati abnormal dan penyebabnya tidak diketahui, bayi yang lahir dari ibu seorang penderita hepatitis C, dan petugas kesehatan yang tanpa sengaja terekspos darah atau jarum suntik.

Kemudian, individu yang menjalani perawatan hemodialisis (cuci darah) jangka panjang, orang yang terinfeksi HIV, pelaku hubungan seksual berganti-ganti pasangan atau dengan pasangan yang telah terdiagnosis hepatitis C.

"Untuk mengetahui tertular hepatitis bisa dilakukan dengan tes darah atau tes HBcAG untuk mendiagnosis ciri-ciri virus hepatitis, biopsi hati dan pemeriksaan fungsi hati," ucap dr Sri.
Baca juga: Maag tak kunjung sembuh setelah pengobatan mungkin gejala kanker hati
Baca juga: Menkes: Saya adalah bukti pemerintah berhasil tangani hepatitis
Baca juga: Kemenkes cegah penularan dini 18 juta kasus hepatitis

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021