Kemenkes butuh dukungan dari kementerian-lembaga lainnya untuk mengatur pembatasan konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) melalui pencantuman regulasi GGL di label kemasan pangan dan produk sehat pilihan
Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Tugas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes dr Elvieda Sariwati, M.Epid menyebutkan bahwa  koordinasi lintas sektor penting untuk dilakukan guna menekan angka obesitas di Indonesia yang berpotensi menimbulkan berbagai penyakit tidak menular.

"Yang ingin kita tekankan, kebijakannya tidak hanya bisa dari sektor kesehatan sendiri tapi juga lintas sektor," kata Elvieda dalam diskusi tentang gizi dan obesitas pada acara Scaling Up Nutrition (SUN) Annual Meeting 2021 yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Ia mengungkapkan Kemenkes butuh dukungan dari kementerian-lembaga lainnya untuk mengatur pembatasan konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) melalui pencantuman regulasi GGL di label kemasan pangan dan produk sehat pilihan.

Hal itu dikarenakan konsumsi gula, garam, dan lemak masyarakat Indonesia yang melebihi batas standar kesehatan.

Kemenkes mencatat masyarakat yang mengonsumsi gula sebanyak empat sendok makan per hari atau 50 gram per hari hanya sebanyak 4,8 persen. Kemudian masyarakat yang mengonsumsi garam yang standarnya satu sendok teh per hari atau 2000 miligram per hari sebanyak 52,7 persen, dan yang mengonsumsi lemak lima sendok makan per hari atau 67 gram per hari adalah 26,5 persen.

"Jadi ini merupakan satu tantangan kita semua dalam mengendalikan faktor risiko agar angka obesitas bisa kita turunkan, dan penyakit tidak menular yang disebabkan obesitas juga berkurang," kata Elvieda.

Atas temuan konsumsi gula, garam, dan lemak yang tidak sesuai standar tersebut, lanjut Elvieda, perlu regulasi pada produk pangan seperti reformulasi standar kadar GGL pada produk pangan, pengawasan produk pangan tinggi kalori, dan penerapan pajak bagi produk pangan dengan tinggi gula.

Selain meregulasi produk pangan, koordinasi dengan lintas sektor juga dibutuhkan agar kawasan perkotaan memiliki ketersediaan jalur pejalan kaki dan pesepeda, serta sarana olah raga umum agar masyarakat bisa beraktivitas fisik di tempat publik.

Di sektor pendidikan juga diperlukan adanya olah raga atau senam setiap harinya untuk meningkatkan aktivitas fisik pada anak, serta penerapan kewajiban siswa mengikuti ekstrakulikuler olah raga. Dari sisi akses pangan, kata Elvieda, juga diharapkan peningkatan aksesibilitas buah dan sayur serta membudayakan makan buah dan sayur.

Saat ini satu dari tiga orang dewasa di Indonesi atau sekitar 35,4 persen atau 68 juta orang dewasa mengalami obesitas atau kegemukan. Obesitas juga terdapat pada anak-anak, yaitu sebanyak satu dari lima anak Indonesia yang berusia 5 sampai 12 tahun, atau 20 persen dari populasi anak secara nasional mengalami kegemukan, demikian Elvieda Sariwati,.

Baca juga: Bappenas dorong strategi pencegahan obesitas

Baca juga: Cegah obesitas dengan atur asupan GGL dan beraktivitas fisik

Baca juga: Sebabkan obesitas, iklan cokelat dan es krim anak dilarang di Spanyol

Baca juga: Brazil luncurkan kampanye lawan obesitas pada anak

 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021