Jayapura (ANTARA) - Leani Ratri Oktila menegaskan status sebagai pebulu tangkis putri SL4 terbaik di Indonesia setelah memastikan diri meraih medali emas nomor tunggal pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua.
 
Hasil ini diraih setelah wakil Kontingen Riau itu menuntaskan perlawanan wakil Jawa Timur Khalimatus Sadiyah di GOR Cenderawasih, Kota Jayapura, Sabtu, dengan skor 21-16, 21-15.

Pada awal pertandingan gim pertama, kedua pemain pelatnas itu bersaing ketat dengan saling kejar poin. Namun setelah itu Ratri mulai mendominasi permainan hingga akhirnya menutup gim pertama dengan kemenangan.

Kondisi serupa juga terjadi pada gim kedua, Ratri menunjukkan kelasnya dan akhirnya menjadi pemenang dalam pertandingan kali ini. Bagi Ratri kemenangan yang diraih ini karena sudah mengenal permainan Alim, sapaan akrab Khalimatus Sadiyah.

Baca juga: Paralimpian Ratri dan Alim tampil di final bulu tangkis Peparnas Papua
Baca juga: Paralimpian tak terbendung hiasi final bulu tangkis Peparnas Papua


"Alim seperti adik saya sendiri. Dia selalu bersama dengan saya. Di Papua pun meski kami beda kontingen, tapi tetap bersama-sama," ujar Ratri usai pertandingan.
 
Ratri dan Alim merupakan pasangan ganda putri andalan Indonesia di berbagai ajang internasional. Pada Paralimpiade Tokyo 2020, mereka sukses mempersembahkan medali emas ganda putri S3-SU5 usai di final mengalahkan Cheng/Ma asal China dengan skor 21-18, 21-12.
 
Dalam kesempatan ini, Ratri juga memuji banyaknya atlet potensial yang lahir di Peparnas Papua. Menurutnya hal ini menjadi modal positif untuk menjaga regenerasi.
 
"Saya senang banget karena banyak wajah-wajah baru yang tampil di Peparnas Papua, karena selama ini di Pelatnas kesulitan dan banyak yang sudah tidak muda lagi. Kalau saya lihat ada sejumlah pemain potensial di klasifikasi SL3. Tetapi kalau di klasifikasi saya (SL4) belum begitu terlihat," pungkas Ratri.

Baca juga: Ratri akui regenerasi pebulu tangkis SL4 putri masih minim
Baca juga: Ikuti jejak legenda, Ratri ingin bangun fasilitas olahraga di Solo

Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2021