Washington (ANTARA News) - Perwira tinggi militer AS, Kamis (31/3), mengatakan bahwa cuaca buruk di Libya telah menghambat serangan udara pasukan koalisi pekan ini, sehingga pasukan Muamar Gaddafi dapat bergerak maju.

"Masalah terbesar dalam tiga atau empat hari belakangan ialah cuaca," kata Kepala Staf Gabungan AS, Laksamana Muke Mullen, kepada anggota Senat.

"Pandangan kami belum bisa menembus cuaca atau melewati cuaca untuk bisa melakukan jenis pengidentifikasian sasaran ini," kata Mullen.

"Dan itu telah berdampak mengurangi banyak peluang ... mengurangi keefektifan, dan telah memungkinkan pasukan rejim di Tripoli untuk bergerak lagi ke wilayah timur," katanya.

Pasukan Gaddafi telah memperkuat posisi mereka di sebelah selatan Ajdabiya dan diperkirakan akan melancarkan serangan lagi ke arah Benghazi, kata Mulllen sebagaimana dilansir AFP.

Pada Kamis (31/3), pemberontak Libya gagal menguasai kota kecil penghasil minyak, Brega, dari pasukan Muamar Gaddafi, sebab Barat tak bisa memasok senjata buat pasukan mereka, yang kalah persenjataan dan tak teratur.

Menteri Pertahanan AS Gobert Gates mengatakan pemberontak lebih memerlukan pelatihan ketimbang senjata tapi menyarankan "negara lain mesti melakukan tugas tersebut".
Sementara itu timpalannya dari Prancis Gerard Longuet menyatakan memberikan senjata bukan bagian dari mandat PBB.

"Bantuan semacam itu tak ada dalam rencana sebab itu tak sejalan dengan Resolusi 1973," kata Longuet kepada wartawan.

Gates mengatakan misi militer tak menyerukan pendepakan Gaddafi dan menyatakan akhirnya tekanan politik dan ekonomi serta rakyat Libya lah --"bukan serangan udara sekutu"-- yang akan menggulingkan pemimpin Libya tersebut.

Jet AS, Inggris, Prancis, Kanada, Denmark dan Belgia telah menyerang pasukan darat Gaddafi sejak 19 Maret, berdasarkan Resolusi 1973 Dewan Keamanan PBB, "yang mensahkan semua cara yang diperlukan untuk melindungi warga sipil"

Di lapangan, bentrokan juga berlanjut di sekitar terminal minyak, tapi tidak jelas siapa yang menguasai kota kecil Brega, yang telah direbut kembali oleh pemberontak pada akhir pekan lalu, tapi tak bisa mereka pertahankan pada Rabu (30/3).

Terjadi pertempuran dari rumah ke rumah di jalan yang rusak di Misrata tengah, kota terbesar ketiga di Libya, yang dalam pengepungan pasukan Gaddafi.

"Gaddafi membunuhi kami," seorang petempur oposisi berteriak, sementara suara tembakan bergema tak jauh dari sana. Suara ledakan bom dan roket berkumandang sehingga menggetarkan pertokoan, rumah dan masjid di pusat kota itu.

(C003/A011)

Penerjemah: Yudha Pratama Jaya
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011