Bahasa-bahasa zaman dahulu kala, ya itu lebih kepada cerita seperti bernyanyi atau dalam bentuk sebuah prosa atau puisi
Jakarta (ANTARA) - Juru masak atau chef asal Indonesia Ragil Imam Wibowo menjelaskan salah satu kendala dalam menerjemahkan resep-resep masakan tradisional kuno adalah kendala perbedaan bahasa.

"Dulu bahasanya bukan bahasa Indonesia seperti bahasa sekarang, bahasanya adalah bahasa Sanskerta," kata Chef Ragil Imam Wibowo dalam webinar bertajuk "Why Saving Our Grandma's Recipes is an Act of Cultural Preservation" yang diikuti di Jakarta, Senin. 

Ia menambahkan bahasa yang digunakan pada masa tersebut lebih sulit untuk diterjemahkan karena dituliskan dalam bentuk prosa atau puisi.

Baca juga: Memasak hidangan nusantara di lima benua ala Aslida Rahardjo

"Bahasa-bahasa zaman dahulu kala, ya itu lebih kepada cerita seperti bernyanyi atau dalam bentuk sebuah prosa atau puisi," katanya.

Ragil mengatakan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebetulnya pencatatan resep masakan tradisional sudah dilakukan sejak lama. "Yang paling tua itu adalah di Prasasti Talang Tuwo, sekitar 684 Masehi," katanya.

Baca juga: Buku anak dan resep masakan Indonesia diminati penerbit mancanegara

Menurutnya, Indonesia sangat kaya dengan resep-resep masakan tradisional yang perlu  dilestarikan.

"Resep keluarga itu harus benar-benar kita jaga supaya generasi berikutnya memiliki rasa-rasa Indonesia yang cukup kental. Karena dengan begitu, resep tidak akan hilang," kata Ragil.

Baca juga: Resep masakan tradisional belum didokumentasikan secara baik

Dalam webinar tersebut, ia pun menceritakan upayanya untuk mendokumentasikan resep keluarga secara akurat dengan melakukan penimbangan bahan-bahan makanan yang dipakai menggunakan timbangan digital.

"Saya timbangin dulu supaya benar-benar ketahuan berapa gram-nya, setelah itu baru dimasak dengan style-nya mama," katanya.

Dengan cara demikian, pihaknya bisa mendapatkan sebagian besar resep keluarga dengan mengamati cara ibunya memasak.

Baca juga: Aslida Rahardjo ungkap tiga kuliner nusantara favorit WNA

 

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021