Dengan adanya ESG Management yang baik, posisi Pertamina terhadap isu keberlanjutan semakin meningkat
Jakarta (ANTARA) - Dunia kini dihadapkan dengan tantangan yang sangat besar selain pandemi COVID-19, yakni perubahan iklim yang tak bisa dianggap sepele.

United Nations Environment Programme (UNEP) melaporkan suhu dunia saat ini telah mencapai 1,1 derajat celcius lebih hangat di bandingkan kondisi pra industrialisasi, dipicu oleh adanya kenaikan mobilitas dan industrialisasi.

Selanjutnya pada 2030, tren suhu bumi diramal akan mencapai 3,2 derajat celcius di atas masa pra industri atau melewati batas maksimal yang mampu ditahan oleh bumi, yakni 1,5 derajat sampai 2 derajat celcius di atas pra industri.

Maka dari itu, seluruh negara pun menyepakati Ratifikasi Paris Agreement untuk memitigasi risiko dari perubahan iklim tersebut, meski tak akan bisa menghindarkan dunia dari kenaikan suhu.

Dalam perjanjian Paris, Indonesia menargetkan pengurangan emisi hingga 29 persen dengan usaha dan sumber daya sendiri, atau lebih ambisius mencapai 41 persen apabila mendapatkan dukungan dari internasional pada 2030.

Mengejar target tersebut, seluruh pemangku kebijakan maupun dunia usaha di Tanah Air berlomba-lomba menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) atau lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan dalam berbagai aspek untuk mendukung ekonomi berkelanjutan.

Bahkan, kini investor sudah mulai memilah perusahaan mana yang menerapkan ESG dalam perusahaannya sebelum menanamkan modal, sehingga ESG semakin memegang peranan penting dalam perusahaan.

PT Pertamina (Persero) pun sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) turut mengadopsi penerapan ESG, yang diawali oleh penerbitan Sustainability Report atau Laporan Keberlanjutan yang dapat diakses oleh publik sejak tahun 2011.

Untuk memperkuat komitmen tersebut, Pertamina meluncurkan program ESG Traction yang salah satunya membentuk Tim ESG Management Traction pada 2020 untuk memastikan implementasi ESG dilakukan di seluruh Pertamina Group.

Baca juga: G20 didesak dorong praktik investasi sosial-lingkungan yang lebih baik

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan seluruh entitas Pertamina Grup kini secara bertahap dan konsisten telah menerapkan program yang mendukung agenda ESG.

"Dengan adanya ESG Management yang baik, posisi Pertamina terhadap isu keberlanjutan semakin meningkat, sehingga memiliki daya saing yang lebih baik di kancah global," ucap Nicke.

Pada September 2021, Pertamina mendapatkan ESG Risk Rating dari Sustainalytics sebesar 28,1 dan dinilai berada pada risiko medium dalam mengalami dampak keuangan material dari faktor-faktor ESG

Risk Rating tersebut meningkat dari yang sebelumnya mencapai 41,6 dengan risiko berat pada Februari 2021.

Dengan peringkat tersebut, Pertamina menempati posisi 15 dari 252 perusahaan di industri oil and gas dan posisi kedelapan di sub industri integrated Oil & Gas.

Pertamina berada di klaster yang sama, yakni risiko medium dengan perusahaan global seperti Repsol, ENI, PTT Thailand, dan TotalEnergies, klaster yang lebih baik dari BP, Exxon dan Chevron.

Penerapan ESG di Pertamina juga menjadi salah satu pendorong aspirasi perseroan untuk mencapai kapitalisasi pasar senilai 100 miliar dolar AS pada tahun 2024.

Target tersebut tentunya tak mustahil mengingat berbagai pencapaian Pertamina yang sangat baik, meski di tengah COVID-19.

Baca juga: Pertamina komitmen penuhi implementasi ESG terintegrasi

Pencapaian

Salah satu pencapaian Pertamina baru-baru ini yakni mencatatkan nama sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 tahun 2021, di posisi 287 dengan nilai revenue perusahaan 41,47 miliar dan laba 1,05 miliar pada tahun 2020.

Maka dari itu, penerapan ESG yang ditekankan pada setiap poinnya, yakni lingkungan, sosial, dan tata kelola, akan semakin meningkatkan pencapaian Pertamina yang berbisnis di bidang energi.

Di bidang lingkungan, Pertamina bergerak mengatasi perubahan iklim, mengurangi jejak karbon yang ada di lingkungan sebagai dampak konsumsi dan intensitas energi, serta melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati di setiap wilayah operasi perusahaan.

Perusahaan berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dalam mereduksi emisi gas rumah kaca sesuai Ratifikasi Paris Agreement, menjalankan waste reduction program di seluruh unit bisnis, dan mencanangkan kebijakan Sustainability Pertamina Expectations For HSSE Management Excellence (SUPREME).

Adapun Pertamina telah berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 27,08 persen di tahun 2020, dan akan ditingkatkan menjadi 30 persen pada 2030.

Pertamina juga menargetkan peningkatan kapasitas energi baru terbarukan (EBT) total menjadi 10,2 Gigawatt pada tahun 2026, serta telah menjalankan berbagai inisiatif untuk melestarikan flora dan fauna di seluruh area operasinya dengan melestarikan dan menjaga 87 jenis hewan endemik dan 52 spesies tanaman langka yang terancam punah.

Dalam bidang sosial, Pertamina terus meningkatkan dan memperkuat kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (health and safety) dalam upaya mencapai zero incident di masa depan dan melakukan sejumlah inisiatif unggulan, seperti BBM Satu Harga dan implementasi One Village One Outlet (OVOO).

Baca juga: Asosiasi: 88 persen perusahaan yang terapkan ESG berkinerja lebih baik

Keterlibatan aktif Pertamina dalam penanganan dan pencegahan COVID-19, seperti melalui bantuan kesehatan dan penguatan komunitas, serta mendampingi UMKM agar tetap mampu bertahan selama masa pandemi juga menjadi bagian dari implementasi ESG di bidang sosial.

Kegiatan tersebut pun berbuah penghargaan Iconomics CSR Award 2020 untuk kategori “Migas Inisiatif Tanggap Darurat COVID-19 - Dukungan Kesehatan Medis dan UMKM”.

Sejak tahun 1993 sampai 2021, tercatat sudah ada 65 ribu mitra binaan Pertamina, yang hampir sepertiganya dimiliki oleh seorang wanita dan berhasil menjadi tumpuan roda perekonomian Indonesia.

Salah satunya Ni Made Lemini, mitra binaan Pertamina pemilik usaha UD. Suka Wirya yang bergerak di bidang fesyen, khususnya kebaya bordir dengan nama brand Maheswary Collections.

Sejak menjadi mitra binaan Pertamina pada tahun 2020 lalu dan langsung menerapkan pelatihannya, Lemini semakin mengasah kemampuan dan kreativitasnya dalam memproduksi dan memasarkan kebayanya.

“Banyak sekali pelatihan yang diberikan, mulai dari proses tahapan produksi, packaging, hingga pemasaran,” kata Lemini.

Selanjutnya, untuk aspek tata kelola, Pertamina telah meluncurkan New Pertamina Clean Charter pada Juni 2020 sebagai salah satu upaya penerapan ISO 37001:2016 tentang Sistem Manajemen Anti Suap.

Sistem tersebut meliputi menghindari konflik kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi manajemen profesional, kepercayaan, dan integritas, yang pelaksanaannya mengacu pada prinsip GCG (Transparency, Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness) yang kuat di seluruh organisasi.

Baca juga: Menparekraf : Pembangunan Mandalika sudah mematuhi ESG

Baca juga: BGK: Komitmen ESG 17 BUMN meningkat

Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2021