Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menegaskan semua kehamilan harus dilakukan secara terencana untuk menghindari angka bayi yang lahir dalam keadaan tengkes semakin meningkat.

“Pasangan suami istri harus merencanakan kehamilan, jangan sampai terjadi kehamilan yang tidak direncanakan karena hal ini dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya 'stunting' (tengkes),” kata dia dalam keterangan tertulis BKKBN yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.

Ia menekankan banyak perempuan Indonesia tidak menyadari bahwa telah memasuki masa kehamilan selama tiga bulan. Padahal, masa kritis pada janin berada pada usia sebelum 56 hari atau sekitar delapan minggu.

Pada masa tersebutlah berhasil atau tidaknya organ pada janin tumbuh, sehingga segala bentuk kelainan seperti bibir sumbing, catat, maupun kekerdilan dapat terlihat.

Lebih lanjut dia menjelaskan agar bayi terhindar dari berbagai macam kelainan dan penyakit, calon ibu harus melakukan pemeriksaan kesehatan tiga bulan sebelum menikah. Pemeriksaan itu mencakup pemeriksaan hemoglobin (Hb) pada darah, mengukur lingkar lengan dan tinggi badan serta menimbang berat badan.

Selain perempuan, laki-laki juga memiliki peran untuk mencegah anak lahir dalam keadaan tengkes.

Hasto menegaskan sebelum menikah, calon ayah perlu membiasakan diri dengan hidup sehat selama 75 hari sebelum konsepsi (pertemuan sel telur dan sperma).

“Kurangi atau berhenti merokok. Karena sperma berkualitas yang dibutuhkan untuk membuahi sel telur sudah terbentuk pada rentang waktu tersebut,” kata dia.

Baca juga: BKKBN: Pelayanan kesehatan reproduksi di Indonesia belum optimal

Hasto juga menyoroti masyarakat masih banyak menghabiskan banyak uang untuk merayakan "prewedding", membeli rokok dan pulsa.

Dia berharap, mulai sekarang masyarakat dapat lebih memanfaatkan uangnya untuk hal yang bermanfaat.

“Saya optimis karena sebenarnya masyarakat memiliki ruang fiskal yang memadai, sehingga perlunya memberikan pendidikan dan pengetahuan pada masyarakat menggunakan uangnya untuk hal yang lebih bermanfaat,” ujar dia.

Global CEO Tanoto Foundation Dr. J. Satrijo Tanudjojo mengatakan mencegah kekerdilan harus dimulai dari keluarga.

“Sama halnya seperti mencegah 'stunting', pembangunan berkelanjutan juga dimulai dari keluarga,” kata dia.

Menurut Satrijo, keluarga harus mulai merencanakan bagaimana bisa mendapatkan kesehatan, pendidikan, sanitasi, dan air yang baik.

Keluarga juga perlu merencanakan pekerjaan yang akan dilakukan untuk mendapatkan pendapatan yang dapat menunjang hidup.

Pihaknya dalam hal itu akan terus bekerja sama dengan semua pihak untuk mendukung Indonesia mencapai target angka tengkes yang ditetapkan oleh pemerintah.

“Semuanya dimulai dari keluarga bagaimana merencanakan supaya mendapat kesehatan, pendidikan sanitasi dan air bersih yang baik, kemudian pekerjaan sehingga tidak ada kemiskinan dan kelaparan,” ujar dia.

Baca juga: BKKBN: Penurunan stunting butuh sinergi antar K/L
Baca juga: BKKBN: Stunting harus turun agar Indonesia raih bonus demografi


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021