Jakarta (ANTARA) - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) telah melantik Mayor Jenderal TNI Suharyanto sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan resmi di Istana Negara, Jakarta, Rabu.

Pelantikan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 140/P Tahun 2021 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sebagaimana dibacakan oleh Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretariat Negara Nanik Purwanti.

"Demi Allah saya bersumpah, bahwa saya akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan, dengan selurus-lurusnya, demi dharma bakti saya, kepada bangsa dan negara. Bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan, akan menjunjung tinggi etika jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab," ujar Presiden ketika pengambilan sumpah jabatan Kepala BNPB diikuti oleh Suharyanto.

Pelantikan Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Suharyanto juga dibarengi oleh pelantikan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal TNI Dudung Abdurachman, pelantikan Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa, serta pelantikan 12 Duta Besar Republik Indonesia untuk negara sahabat.

Sebelum menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Suharyanto pernah menjabat sebagai Sekretaris Militer Presiden dan Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya. Karier Suharyanto dalam bidang militer telah ia tempuh sejak tahun 1989, hingga kini, pada 17 November 2021, ia dipercaya untuk menggantikan Letnan Jenderal TNI Ganip Warsito dan menempati jabatan sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana ke-5.

Baca juga: Mayjen TNI Suharyono dilantik menjadi Kepala BNPB

Riwayat Mayjen TNI Suharyanto
Suharyanto lahir di Cimahi, Jawa Barat, pada 8 September 1967. Ia merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1989 sebelum memulai kariernya sebagai komandan pleton (Danton), komandan kompi (Danki) Pasi Yonif Linud 612/Modang selama nyaris satu dekade, yakni sejak tahun 1989 hingga 1998.

Sejak saat itu, karier Suharyanto dalam dunia militer beranjak dengan begitu pesat. Ia pernah menjadi Guru Militer Pusat Kesenjataan Infanteri (Gumil Pussenif) pada tahun 1999, kemudian menjadi Perwira Pembantu Madya (Pabandya) Ops Sopsdam V/Brawijaya pada tahun 2003-2004.

Selain itu, lulusan terbaik dari Sesko TNI 2013 ini juga pernah menjabat sebagai Kepala Biro Kepegawaian Sekretariat Utama Badan Intelijen Negara (Karopeg Settama BIN) selama satu tahun, yakni pada tahun 2016-2017, sebelum memperoleh amanah untuk menjadi Dir Kontra Separatisme Deputi III Bidang Kontra Intelijen BIN pada tahun 2017-2018.

Tahun 2018, bersama dengan 28 perwira tinggi TNI lainnya, Suharyanto yang saat itu merupakan seorang Brigadir Jenderal TNI dipercaya untuk menjadi Kepala Staf Daerah Militer (Kasdam) Jaya. Suharyanto mengemban tanggung jawab sebagai Kasdam Jaya hanya selama satu tahun, sebelum ia dilantik menjadi Sekretaris Militer Presiden Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (Sesmilpres Kemensetneg RI) pada 6 September 2019, menggantikan Marsekal Madya TNI (Purn.) Trisno Hendradi.

Dikutip dari laman resmi Komisi Pemberantasan Korupsi tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), ketika menjalankan tanggung jawabnya sebagai Sesmilpres, total kekayaan Suharyanto yang tercatat sebesar Rp4,58 miliar, atau lebih tepatnya Rp4.586.643.144. Catatan tersebut berdasarkan laporan pada tanggal 31 Desember 2019.

Dalam rentang satu tahun lebih satu bulan, yakni pada 21 Oktober 2020, Suharyanto dengan resmi dilantik menjadi Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya, menggantikan Mayor Jenderal TNI (Purn.) Widodo Iryansyah.

Sebagai seorang Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) V/Brawijaya, Suharyanto memiliki peran yang sangat signifikan dalam menangani pandemi COVID-19 di wilayah Jawa Timur.

Baca juga: Pangdam V/Brawijaya tegaskan Pancasila perekat bangsa dan negara

Penanganan COVID-19
Pada awal tahun 2021, lebih tepatnya pada 25 Februari 2021, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Suharyanto bersama dengan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta menginisiasi “Gerakan Santri Bermasker” di Jawa Timur guna mengendalikan persebaran virus COVID-19.

Adapun latar belakang dari gerakan tersebut adalah banyaknya pondok pesantren di Jawa Timur dengan jumlah santri yang mencapai ribuan. Melalui gerakan tersebut, Pemerintah Jawa Timur berharap agar angka peningkatan kasus positif COVID-19 dapat ditekan dan mencegah munculnya klaster-klaster baru di tengah masyarakat.

Selain mencanangkan “Gerakan Santri Bermasker”, Suharyanto juga dengan aktif mengawal “Vaksinasi Presisi Door to Door” bersama dengan para pejabat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), yakni Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta dan Plh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Heru Tjahjono.

Program vaksinasi tersebut mengerahkan 29 unit kendaraan ambulans, dengan empat unit berasal dari TNI. Tujuan dari melakukan vaksinasi door to door adalah untuk mempercepat pencapaian target vaksinasi nasional dan mengatasi permasalahan warga yang sulit mengakses posko vaksinasi.

Pada bulan Juli 2021, Indonesia mengalami gelombang kedua peningkatan kasus COVID-19 akibat varian delta. Perekonomian Indonesia yang sebelumnya sempat mengalami peningkatan, saat itu kembali turun dan mengakibatkan masyarakat kehilangan pekerjaan mereka.

Masyarakat yang terdampak bencana pandemi COVID-19 tidak hanya memerlukan bantuan kesehatan maupun vaksinasi, tetapi juga membutuhkan berbagai bantuan sosial, seperti paket sembako.

Oleh karena itu, tidak hanya dengan aktif mencanangkan program menggunakan masker maupun membantu mempercepat proses vaksinasi, Pangdam V/Brawijaya ini juga dengan aktif mendampingi dan membantu proses membagikan paket sembako kepada masyarakat yang terdampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada bulan Juli yang lalu.

Suharyanto turut serta membantu membagikan 70 ribu paket sembako dan dilakukan secara serentak di 38 kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur.

Selain itu, ia juga mengemban peran untuk memastikan kesiapan Bintara Pembina Desa (Babinsa) dalam memimpin tracing atau pelacakan persebaran COVID-19 di wilayah Jawa Timur. Terdapat sekitar 63 ribu Babinsa yang terlibat sebagai petugas tracing dan berada di bawah pengawasan Suharyanto.

Perjalanan Suharyanto dalam menangani COVID-19, serta seluruh kontribusi yang telah ia lakukan selama berkarier di dalam dunia militer, telah menunjukkan kapabilitasnya untuk menempati posisi sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik Indonesia.

Baca juga: Kepala BNPB: Indonesia jadi laboratorium bencana

Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021