Dari impor 600 ribu ton potasium itu, hanya sekitar 125 ribu ton atau 20 persen dari Beralus. Jadi potensi pasarnya sangat besar
Jakarta (ANTARA) - Suatu pagi di Minks, ibu kota Belarus, Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Rahmad Pribadi bercerita kinerja yang dicapai BUMN pupuk itu, setidaknya selama hampir 10 bulan tahun ini dan rencana-rencananya untuk lebih mengembangkan industri pupuk yang terletak di Bontang, Kalimantan Timur itu.

Awalnya memang ia bercerita tentang potasium, salah satu bahan baku pupuk majemuk NPK yang menjadi salah satu andalan bisnis Pupuk Kaltim. Kehadirannya mengikuti kunjungan kerja (kunker) Wakil Ketua DPR-RI Bidang Industri dan Pembangunan (Koribang) Rachmat Gobel tidak lepas dari upaya mendapatkan salah satu bahan baku pupuk dengan harga yang lebih murah tentunya.

Pada kesempatan bertemu dengan pimpinan produsen potasium Beraluskali, Rahmad memang mengungkapkan permintaan agar harga potasium dari negara pecahan Uni Sovyet itu bisa lebih murah dibandingkan Rusia dan Kanada. Ketiga negara itu merupakan produsen utama potasium atau kalium.

Menurut Dirut Pupuk Kaltim itu, Indonesia layak mendapat harga lebih kompetitif dan mendapat perlakuan istimewa dibanding Malaysia dimana Belaruskali justru membuka kantor perwakilan di Kuala Lumpur. Padahal pabrik pupuk di Malaysia tidak sebesar Indonesia.

Setiap tahun, kata dia, Indonesia mengimpor sekitar 3 juta ton potasium dari sekitar 600 ribu ton diimpor untuk kebutuhan bahan baku pupuk dalam grup holding Pupuk Indonesia, di mana PT Pupuk Kaltim menjadi salah satu anak usahanya.

"Dari impor 600 ribu ton potasium itu, hanya sekitar 125 ribu ton atau 20 persen dari Beralus. Jadi potensi pasarnya sangat besar," kata Rahmad.

Nampaknya upaya mencari bahan baku pupuk dengan harga yang lebih murah juga terkait dengan rencana besar Pupuk Kaltim untuk mengembangkan pabrik pupuk NPK Pelangi yang menjadi brand BUMN itu.

Pada kesempatan ngobrol santai menjelang mengunjungi tambang potasium di kedalaman 570 meter di bawah perut bumi itu, Rahmad mengungkapkan rencana BUMN pupuk yang dipimpinnya itu untuk ekspansi produksi pabrik pupuk NPK, yang saat ini berkapasitas 350 ribu ton per tahun menjadi 450.000 ton per tahun.

Rencananya pabrik pupuk majemuk yang terletak di Bontang itu akan dibangun pada 2024 dengan investasi sekitar Rp300 miliar.

"Sekarang sedang dalam proses persiapan," ujar Rahmad.

Pupuk majemuk NPK sendiri sangat dibutuhkan oleh petani, khususnya tanaman pangan maupun perkebunan, untuk mencapai produktivitas lahan yang tinggi. kebutuhan pupuk NPK di dalam negeri diperkirakan mencapai 11 juta ton per tahun, namun kemampuan produksi dari BUMN pupuk di bawah holding PT Pupuk Indonesia hanya sekitar 3,4 juta ton per tahun, sehingga potensi pasarnya sangat besar.


Terus Ekspansi

Ekspansi bisnis Pupuk Kaltim yang tentu saja didukung oleh holding Pupuk Indonesia nampaknya tidak akan pernah berhenti, meski pandemi hampir dua tahun ini melanda Indonesia bahkan dunia.

Dalam obrolan santai saat sarapan pagi yang tidak lebih dari setengah jam itu, nampak optimisme Rahmad Pribadi yang memimpin BUMN berlambang daun dan buah itu sejak Agustus 2020 menggantikan Bakir Pasaman.

Apalagi industri pupuk nampaknya mendapat berkah, karena justru di tengah pandemi harga pupuk internasional naik, termasuk bahan bakunya.

Namun dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki Indonesia, antara lain harga gas industri yang kini dipatok 6 dolar AS per mmbtu, maka kinerja BUMN pupuk yang sebagian produknya diekspor, setelah memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi dalam negeri, nampaknya bakal berkilau tahun ini.

Rahmad bahkan menyebut PT Pupuk Kaltim menyumbang sekitar 80 persen pendapatan holding PT Pupuk Indonesia. Hingga triwulan III Pupuk Kaltim menyumbang laba bersih hingga Rp Rp4,19 triliun melampaui 288 persen dari RKAP triwulan III Tahun 2021

Dengan kapasitas produksi urea yang besar mencapai 3,4 juta dan NPK mencapai 350.000 ton, dan kewajiban pasok pupuk subsidi hanya 1.190.763 ton, maka kinerja Pupuk Kaltim pun sudah terlihat melonjak tahun ini, setidaknya sampai triwulan III.

Meski demikian Pupuk Kaltim tidak melupakan tugasnya untuk mengutamakan pasokan pupuk subsidi di dalam negeri guna mendukung ketahanan pangan di Indonesia.

Sebagai BUMN pupuk urea terbesar di antara anak perusahaan holding PT Pupuk Indonesia, Pupuk Kaltim terbilang aktif mendukung Program Makmur yang digenjot Kementerian BUMN untuk membantu petani meningkatkan produktivitas lahan mereka dan mendapatkan nilai hasil panen yang optimal.

Sederet pencapaian pun telah diraih BUMN pupuk itu. Tidak hanya dari sisi bisnis dan ekspansi usahanya hingga ke produksi suku cadang lintas industri dan jasa pemeliharaan pabrik, Pupuk Kaltim juga dinilai unggul dalam inovasi dan penguasaan teknologi Industri 4.0.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memasukkan Pupuk Kaltim sebagai jawara National Lighthouse Industry 4.0 untuk kategori industri kimia dan Kementerian Perdagangan memberikan penghargaan Primaniyarta 2021 kategori Eksportir Produk Hi-Tech atas kontribusi ekspor Pupuk Kaltim.

Dengan berbagai rencana bisnis, aksi, dan inovasi, serta pencapaiannya selama beberapa tahun terakhir, pantas saja kemudian pemerintah menambah tugas Pupuk Kaltim untuk membangun pabrik pupuk dan petrokimia di dekat sumber bahan baku utama yaitu gas, di Fak Fak, Papua.

Selain untuk mendukung ketahanan pangan, kehadiran industri besar di provinsi itu juga diharapkan bisa mendongkrak perekonomian masyarakat setempat, memeratakan pembangunan, di samping memperkuat struktur industri nasional yang masih lemah di bidang petrokimia.

Bahkan Menteri BUMN Erick Thohir juga melihat daya saing Pupuk Kaltim cukup tinggi di pasar global sehingga ia mengarahkan kelak industri pupuk kebanggaan masyarakat Bontang itu fokus pasar komersial dan ekspor.

BUMN pupuk yang berdiri pada 7 Desember 1977 itu nampaknya telah siap "memanggul" tugas pemerintah yang lebih menantang itu dengan kekuatan SDM, inovasi, dan rencana bisnis yang makin agresif, demi mendukung pemulihan ekonomi dan menjaga ketahanan pangan nasional.

"Ke depan di tengah potensi industri yang diprediksi masih akan terus tumbuh, PKT juga akan fokus mendorong pertumbuhan perusahaan melalui inisiatif strategis, di antaranya peningkatan kapasitas pabrik dan produksi, peningkatan kinerja ekspor, berbagai ekspansi dalam hal diversifikasi usaha, penetrasi pasar domestik dan global, hingga pengembangan portofolio bisnis melalui aksi korporasi yang strategis,” ujar Rahmad Pribadi.

Baca juga: Pupuk Kaltim akan bikin pabrik baru NPK berbasis nitrat di Bontang
Baca juga: APPI: 80,42 persen pangsa pasar pupuk non subsidi dikuasai swasta
Baca juga: Kenaikan harga komoditas dunia pengaruhi harga pupuk domestik



 

Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021