Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus mengintensifkan pembersihan jerat dan sosialisasi pencegahan pemakaian jerat bagi satwa liar untuk menghindari berulangnya gajah dan harimau mati karena terkena jerat.

"Membersihkan jerat dengan masyarakat, sosialisasi tentang jalur jelajah gajah di kawasan hutan dan di lahan masyarakat," kata Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Wiratno ketika menjawab pertanyaan ANTARA melalui aplikasi pesan dari Jakarta pada Rabu.

Secara khusus Wiratno menyoroti kasus yang terjadi baru-baru ini ketika seekor anak gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) mati setelah belalainya nyaris putus akibat terkena jeratan di Aceh.

Anak gajah itu mati saat menjalani proses perawatan medis di Pusat Latihan Gajah (PLG) Saree di Kabupaten Aceh Besar pada Selasa lalu (16/11).

Menurut Wiratno, untuk memastikan kejadian tersebut tidak berulang Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh terus melakukan pelatihan untuk TNI, Polri dan aparat desa dengan harapan dapat membantu sosialisasi terhadap masyarakat.
​​​
​​​​Sosialisasi itu fokus terkait penanganan konflik termasuk penggunaan jerat dan perburuan dalam rangka menjaga kelestarian satwa liar.

Baca juga: BKSDA selamatkan anak gajah terkena jeratan di Aceh Jaya
Baca juga: Anak gajah kena jerat, dirawat di CRU Serbajadi

Wiratno memastikan akan dilakukan pengintensifan pembersihan jerat dan sosialisasi dengan masyarakat di wilayah yang sering dilalui oleh gajah

Sebelumnya, seekor anak gajah sumatera dibawa ke PLG Saree pada Minggu (14/11) dengan kondisi belalai nyaris putus dan telah membusuk.

Namun, Kepala BKSDA Aceh Agus Ariyanto mengatakan pada Selasa lalu bahwa gajah berusia sekitar setahun tersebut akhirnya mati setelah dua hari dirawat. Tim dokter juga telah melakukan nekropsi terhadap anak gajah itu.

Baca juga: PT WKS dan Dishut Jambi patroli menyisir jerat gajah dan harimau

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021