Kita mempunyai kebijakan sendiri dengan menerapkan aplikasi PeduliLindungi
Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menyatakan lonjakan kasus di sejuqmlah negara di Eropa harus menjadi pelajaran bagi Indonesia dalam mencegah terjadinya gelombang ketiga.

"Penerapan 3M dan protokol kesehatan, itu adalah perbedaan kita dengan negara lain. Negara lain saat terjadi penurunan kasus diikuti dengan pelonggaran Prokes, tapi kita berbeda," ujar Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Sonny Harry B. Harmadi dalam diskusi yang diikuti secara virtual dari Jakarta, Rabu.

Sonny menjelaskan ada sejumlah hal yang harus diperhatikan untuk mempertahankan angka penurunan kasus serta terhindar dari potensi gelombang ketiga COVID-19.

Pertama, jangan pernah melonggarkan protokol kesehatan. Menurutnya, beberapa negara Eropa kembali terjadi lonjakan kasus COVID-19 imbas dari dilonggarkannya sejumlah protokol kesehatan seperti tak diwajibkan memakai masker di ruang publik.

Baca juga: Kemenkes upayakan 60 persen penduduk peroleh dosis pertama bulan ini

Baca juga: Menkominfo: Peningkatan kasus COVID-19 Eropa jadi pelajaran


"Mereka memperbolehkan tak memakai masker di ruang publik, memperbolehkan tidak menjaga jarak, dan itu menimbulkan lonjakan kasus," kata dia.

Kedua, cakupan vaksinasi harus masif. Salah satu yang membuat lonjakan kasus di Eropa, kata dia, adalah cakupan vaksinasi yang tak merata dan rendah.

Ia menjelaskan Pemerintah Indonesia terus mendorong perluasan cakupan vaksinasi. Saat ini sudah sekitar 40 persen atau 85,3 juta orang telah mendapatkan vaksin dosis kedua, sementara dosis pertama sekitar 131.292.871 orang pada Selasa.

"Kita mempunyai kebijakan sendiri dengan menerapkan aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat masuk atau bepergian. Kebijakan itu membuat orang mau untuk divaksin juga. Contohnya jika mau ke mal wajib menunjukkan vaksin, sehingga orang berbondong-bondong divaksin," katanya.

Terakhir, memperketat kedatangan orang dari luar negeri serta memperketat perbatasan, guna mencegah masuknya varian virus baru berkembang dan menular di Indonesia.

Saat ini, kata dia, subvarian Delta AY.4.2 yang diduga menjadi pemicu kenaikan di Inggris sudah ditemukan di Singapura dan Malaysia. Maka dari itu, perlu melakukan pengetatan perbatasan untuk mencegah subvarian tersebut masuk ke Indonesia.

"Masuknya varian baru bisa berdampak pada lonjakan kasus seperti bulan Juli karena ada penularan dari varian Delta," kata dia.

Baca juga: Komisi Eropa setujui perawatan antibodi untuk pengobatan COVID-19

Baca juga: Pakar Belanda anjurkan karantina pertama Eropa barat sejak musim panas

 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021